Jakarta, FORTUNE – Laporan terbaru Ericsson menunjukkan teknologi jaringan 5G berpeluang untuk semakin mendorong adopsi berbagai inovasi digital yang berkenaan dengan metaverse. Konsumen yang telah menggunakan generasi sinyal internet terbaru cenderung lebih optimistis dalam melihat dunia tersebut ketimbang generasi sebelumnya.
Dalam laporan bertajuk “5G: The Next Wave”, Ericsson menyatakan 5G telah muncul sebagai enabler untuk mendorong adopsi layanan terkait metaverse, mulai dari bersosialisasi, bermain, maupun membeli barang digital di platform virtual 3D interaktif.
Menurut riset dari perusahaan telekomunikasi dan jariangan multinasional Swedia tersebut, 5G mendorong pemanfaatan video yang disempurnakan (enhanced video) dan augmented reality (AR).
“Secara keseluruhan konsumen melihat keterlibatan dengan 5G sebagai bagian penting dari gaya hidup masa depan mereka,” ujar Head of Ericsson ConsumerLab, Jasmeet Singh Sethi, dalam keterangan yang dikutip Rabu (19/10).
Jajak pendapat Ericsson ini ditujukan pada 49.000 konsumen di 37 negara dan diklaim sebagai yang terbesar yang pernah dilakukan di tingkat global.
Adopsi AR/VR
Laporan itu menunjukkan pengguna 5G menghabiskan waktu lebih banyak untuk aplikasi AR, yakni mencapai dua jam per minggu, dalam dua tahun terakhir.
Konsumen 5G rata-rata menghabiskan satu jam lebih banyak per minggu dalam layanan terkait metaverse ketimbang pengguna 4G.
Konsumen 5G juga berharap akan mengonsumsi dua jam lebih banyak konten video pada setiap pekannya. Bahkan, mereka optimistis bahwa 1,5 jam di antaranya waktu yang digunakan untuk menikmati tayangan audio visual itu akan terjadi melalui kacamata augmented reality (AR)/virtual reality (VR) pada 2025.
Dikutip dari Bitcoin.com, enam dari sepuluh pengadopsi 5G percaya bahwa teknologi jaringan penting bagi metaverse agar mencapai realisasi penuhnya.
Pengguna data 5G juga percaya satu hal: metaverse pasti akan bermigrasi ke platform lain yang lebih imersif di masa depan. Survei menemukan sekitar 50 persen pelanggan 5G yang sudah menggunakan aplikasi metaverse dan extended reality (XR) percaya bahwa layanan ini akan bermigrasi ke headset XR dalam dua tahun ke depan.
Dampak 5G
Selain metaverse, riset Ericsson ini membahas pula soal dampak 5G terhadap konsumen awal, serta mengukur niat pelanggan non 5G untuk menggunakan teknologi dimaksud serta harapan di masa mendatang.
Laporan secara keseluruhan menyebutkan setidaknya 30 persen pengguna ponsel cerdas menyampaikan niat untuk berlangganan 5G di tahun depan.
Gelombang pengguna 5G berikutnya memiliki ekspektasi tinggi pada kinerja 5G, terutama ihwal jangkauan jaringan. Itu dibandingkan dengan pengguna awal yang cuma peduli dengan layanan inovatif baru yang diaktifkan oleh 5G.
Sebelumnya, Ericsson memperkirakan pengguna 5G tahun ini akan mencapai 1 miliar. Riset itu menyebut 5G termasuk generasi teknologi seluler yang tumbuh paling cepat ketimbang sebelumnya.
Dalam Ericsson Mobility Report June 2022, seperempat populasi dunia memiliki akses ke jaringan 5G. Bahkan, sepanjang kuartal pertama tahun ini saja terjadi penambahan 70 juta menjadi total 620 juta langganan.
Penambahan jumlah pelanggan 5G mencapai 1 miliar tersebut lebih cepat dua tahun ketimbang jaringan 4G dengan angka pelanggan yang sama. Teknologi 4G sendiri baru diluncurkan sepuluh tahun lalu.
“5G sebagai generasi teknologi seluler dengan pertumbuhan tercepat yang pernah ada, dan Ericsson memainkan peran kunci dalam mewujudkannya,” kata Fredrik Jejdling, Wakil Presiden Eksekutif dan Kepala Jaringan, Ericsson, dalam rilis resmi, dikutip Rabu (22/6). Ericsson, bersama dengan Huawei dari Cina dan Nokia dari Finlandia merupakan perusahaan pemasok perangkat seluler terkemuka, termasuk jaringan 5G, menurut Reuters.