Jakarta, FORTUNE – Investor kripto bisa melirik strategi scalping ketika melakukan trading aset tersebut demi memperoleh keuntungan. Namun, strategi ini mungkin tidak mudah diterapkan karena harus memperhatikan pelbagai indikator.
Scalping merupakan salah satu istilah yang populer dalam dunia trading termasuk aset kripto. Ia merujuk pada strategi trading untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu singkat.
Strategi scalping dilakukan dengan dengan cara melakukan pembelian dan penjualan aset kripto yang selisih harga tidak sedikit, menurut situs web Luno. Dalam praktiknya, scalping membutuhkan kecepatan dalam mengeksekusi pembelian atau penjualan sebuah aset kripto. Sebab, selisih sedikit waktu saja bisa membuat investor mengalami kerugian terlebih jika fokusnya adalah menjual aset.
Laman Indodax menyatakan scalping adalah metode trading aset kripto yang dapat membantu trader untuk mendapatkan keuntungan kecil dalam jangka waktu yang pendek ataupun singkat.
Dalam melakukan metode ini, para trader perlu bertindak cepat tanpa harus menghabiskan banyak waktu untuk mengambil keputusan. Trader biasanya akan beraksi saat terjadi peningkatan minat pada aset tertentu dengan volume tinggi dan likuiditas yang baik
Karenanya, trader akan sangat bergantung pada peristiwa jangka pendek yang mendorong peningkatan minat pada aset karena sejumlah sentimen luar seperti berita.
Cara scalping aset kripto
Strategi scalping bisa dilakukan dengan sejumlah metode, demikian laman Indodax. Berikut penjelasan beberapa metode scalping.
1. Range Trading
Range Trading merupakan metode scalping yang populer diterapkan oleh para trader. Strategi ini melibatkan pergerakan harga antara batas bawah (support) dan batas atas (resistance) pada pergerakan aset kripto.
Dalam praktiknya, trader akan membeli ketika mencapai batas support, dan menjualnya setelah melewati batas resistance.
2. Bid-ask spread
Ini adalah metode yang memanfaatkan selisih antara harga bid dan ask. Di sini, trader dapat memperoleh keuntungan dari selisih di antara keduanya.
Dalam mengimplementasikan strategi scalping, trader perlu memperhatikan sejumlah indikator. Misalnya saja candlestick, yang pada grafik yang menyajikan seluruh informasi perihal harga aset kripto di pasar. Indikator itu akan membantu trader dalam mengatur titik masuk dan keluar yang tepat serta melakukan analisis teknis.
Lalu, exponential moving averages (EMA). Indikator tersebut merupakan bagian dari moving average yang lazimnya dilihat sebagai indikator tren harga yang lebih tepat waktu..
Indikator lain yang bisa ditengok adalah moving average convergence divergence (MACD) yang menunjukkan tren harga suatu aset kripto dengan memperlihatkan hubungan antara dua moving average dari harga aset itu. MACD dihitung dengan menghitung selisih EMA 26 hari dari EMA 12 hari. Lantas, hasil kalkulasi dari kedua EMA itu akan menjadi garis MACD.
Kelebihan dan kekurangan scalping
Metode scalping sebenarnya legal dan aman untuk dilakukan para trader, menurut Indodax. Strategi ini juga sering digunakan oleh investor perorangan maupun institusional.
Namun, metode tersebut bukan tanpa risiko. Pasalnya, dengan scalping, trader bisa meraup keuntungan tanpa harus belajar lebih dalam soal sisi fundamental sebuah aset
Strategi sama membutuhkan perhitungan yang matang agar trader terhindar dari risiko kerugian. Sebab, potensi keuntungannya bisa jadi tidak sepadan dengan biaya komisi pada tiap sesi perdagangan.
Menurut situs web Bitocto, berikut sejumlah kelebihan dan kekurangan scalping.
Kelebihan
- Beroleh imbal hasil lebih cepat dari selisih harga aset kripto
- Transaksi trading singkat karena tidak memerlukan analisis fundamental
- Bisa mengindentifikasi kesalahan karena sentiasa ada kesempatan untuk memperbaikinya, dan menentukan yang baru
Kekurangan
- Teknik scalping cukup sulit diterapkan
- Trader mesti bersiap di depan layar sepanjang waktu karena keputusan jual dan beli bergantung pada gejolak pasar saat itu