Jakarta, FORTUNE – YouTube agaknya akan menghadirkan fitur token yang tidak dapat dipertukarkan (nonfungible token/NFT) bagi para kreator di platformnya. CEO YouTube, Susan Wojcicki, mengatakan perusahaan akan merambah NFT sebagai sumber pendapatan lain bagi pembuat konten di masa depan.
“Kami selalu fokus untuk memperluas ekosistem YouTube untuk membantu pembuat konten memanfaatkan teknologi yang muncul, termasuk hal-hal seperti NFT, sambil terus memperkuat dan meningkatkan pengalaman yang dimiliki pembuat konten dan penggemar di YouTube,” begitu bunyi penggalan suratnya seperti dikutip dari The Verge, Rabu (26/1).
YouTube akan berinvestasi pada sejumlah sektor seperti gim dan belanja dan berencana untuk mendukung pembuat konten. Menurut Wojcicki, selain NFT, Youtube melihat Web3 sebagai sumber inspirasi dan peluang dengan organisasi otonom terdesentralisasi (decentralized autonomous organizations/DAO).
NFT merupakan aset atau token digital berbentuk kode yang disimpan di blockchain dalam bentuk kontrak pintar (smart contract). NFT adalah token yang merepresentasikan kepemilikan unik. Segala item yang unik—dan tak bisa dipertukarkan—dapat ‘ditandai’ di dunia NFT, dari karya seni, barang koleksi, hingga properti. Benda-benda itu unik karena tidak dapat digantikan dengan apa pun. Para pemiliknya disebut kolektor NFT.
NFT memang tengah populer di jagat digital saat ini. Menurut data dari DappRadar, pelacak pasar yang mengumpulkan data NFT di sepuluh blockhain, penjualan NFT pada 2021 hampir mencapai US$25 miliar atau hampir Rp360 triliun. Padahal, tahun sebelumnya hanya US$94,9 juta.
YouTube layak merambah NFT
Menurut laman Tech Crunch, Youtube sudah memiliki sejumlah cara yang memungkinkan pembuat konten menampilkan NFT masing-masing jika diinginkan.
Platform itu memiliki opsi “rak barang dagangan (merch shelf)” di sisi bawah video tempat para kreator dapat menampilkan berbagai produk seperti pakaian, koleksi, boneka, piringan hitam, dan lainnya, melalui banyak mitra ritel.
YouTube layak bermitra dengan platform NFT dan mengintegrasikan teknologi dompet kripto untuk memungkinkan pembuat konten digital menampilkan NFT. Atau, YouTube dapat pula mengintegrasikan dukungan NFT pada profil pembuat konten dengan cara lain.
Sejumlah kreator video Youtube tercatat telah membuat videonya menjadi NFT dan menjualnya. NFT Charlie Bit Me, yang menggambarkan bayi menggigit jari saudaranya, tahun lalu dilelang US$761 ribu atau sekitar Rp10,85 miliar. David After Dentist, sebuah video tentang anak yang mengalami disorientasi pasca anestesi, dijual sebagai NFT seharga US$11 ribu atau setara Rp156,75 juta.
Menyusul Twitter, Reddit, dan Tiktok
Tak mengherankan jika YouTube mempertimbangkan memperluas fiturnya ke NFT. Sebab, sejumlah platform media sosial telah melakukan hal serupa.
Ambil misal Twitter. Layanan jejaring sosial dan mikroblog daring tersebut pekan lalu telah meluncurkan fitur NFT pertamanya dengan menambahkan dukungan untuk NFT Profile Pictures. Fitur ini memungkinkan pencipta mengatur NFT mereka sebagai foto profil berbentuk heksagonal yang ketika diklik memungkinkan orang lain untuk mempelajari lebih lanjut tentangnya.
Meta Platforms Inc juga dikabarkan tengah mengerjakan cara untuk memungkinkan pengguna membuat dan menjual NFT di Facebook dan Instagram. Pada Desember tahun lalu, Kepala Instagram Adam Mosseri mengatakan perusahaan sedang menjajaki NFT.
Sementara itu, TikTok, aplikasi video pendek, pada September tahun lalu juga mengumumkan koleksi NFT yang dirancang oleh beberapa pembuat kontennya.