Pembayaran KRL via LinkAja Resmi Disetop, Berikut Solusinya

Penumpang bisa memakai KMT maupun kartu bank.

Pembayaran KRL via LinkAja Resmi Disetop, Berikut Solusinya
Rangkaian Commuterline (KRL) memasuki Stasiun Kebayoran, Jakarta, Senin (19/12/2022). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Layanan pembayaran kereta rel listrik Commuterline via LinkAja resmi disetop mulai Senin (16/1). Demikian pengumuman PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) melalui akun Twitter resmi @CommuterLine. Mulai sekarang, pengguna moda transportasi tersebut takkan lagi membeli tiket dengan menggunakan aplikasi dompet digital itu.  

Dalam keterangan resminya, PT KCI menyatakan pemberhentian layanan pembayaran tiket melalui LinkAja ini berlaku untuk pelanggan KRL Jabodetabek serta Yogyakarta-Solo. Namun, pengguna KRL masih dapat memakai metode pembayaran lain.

“Rekan Commuters dapat menggunakan pilihan pembayaran lainnya dengan kartu Multi Trip, Kartu Bank, dan QR Code lainnya [khusus commuterline di Jabodetabek],” begitu pengumuman KAI Commuter.

Kartu Multi Trip (KMT) merupakan kartu elektronik khusus untuk membayar tarif tiket perjalanan. Ada beberapa jenis KMT, mulai dari KMT Reguler Rp30.000 sampai KMT Special Edition Rp50.000. Kartu bank ini merujuk kepada kartu elektronik, seperti Flazz dari BCA, e-Money dari Mandiri, Brizzi dari BRI, sampai TapCash dari BNI.

Alasan penghentian

KRL di Stasiun Tanjung Barat. Shutterstock/Dhodi Syailendra

Penyetopan layanan berkenaan dengan berakhirnya kerja sama antara PT KCI dengan PT Fintek Karya Nusantara, perusahaan pengelola LinkAja.

“Sehubungan dengan kerja sama antara LinkAja dan KCI dalam rangka penyediaan metode pembayaran transportasi KCI, maka dapat diinformasikan bahwa untuk saat ini kerja sama tersebut belum dapat dilanjutkan kembali,” kata VP Corporate Secretary LinkAja, Reka Sadewo, seperti dikutip dari iNews.id.

Menurut Reka, perusahaannya bakal mengumumkan lebih lanjut apabila aplikasi bisa digunakan kembali untuk menebus tiket KRL. “Kami akan menginformasikan melalui saluran resmi LinkAja dan juga KCI apabila LinkAja dan LinkAja Syariah dapat digunakan sebagai salah satu metode pembayaran transportasi KCI,” ujarnya.

Penumpang KRL

Jalur khusus penyandang disabilitas di Stasiun Matraman. (ANTARAFOTO/Reno Esnir)

PT KCI menyatakan jumlah volume harian pengguna commuterline Jabodetabek saat ini sudah lebih dari 800.000 orang. 

“Diprediksi volume pengguna commuterline Jabodetabek akan terus bergerak naik hingga mendekati 900.000 orang pada hari kerja dan sebanyak kurang lebih 600.000 pengguna pada hari libur. Angka tersebut memang belum kembali normal seperti sebelum masa pandemi,” begitu pernyataan KCI dalam keterangan resmi, Senin (9/1).

Meski pembatasan kegiatan telah dihentikan, KAI Commuter menekankan pada implementasi protokol kesehatan ketat menyusul prediksi lonjakan pengguna.

Perusahaan transportasi itu mengantisipasi kenaikan volume pengguna melalui pengoperasian 1.081 perjalanan commuterline Jabodetabek tiap hari. KAI Commuter juga mengaktifkan 31 perjalanan feeder tambahan relasi Manggarai–Angke/Kampung Bandan PP, dengan 16 perjalanan pada jam sibuk pagi dan 8 perjalanan pada jam sibuk sore.

“Selain itu, KAI Commuter juga akan terus berkolaborasi baik secara fisik maupun sistem dalam memberikan pelayanan yang lebih mudah kepada para pengguna yang akan melanjutkan perjalanan di stasiun integrasi,” ujarnya.

KAI Commuter mengangkut 15,43 juta penumpang selama periode Natal dan Tahun Baru pada 22 Desember 2022 hingga 8 Januari 2023, di wilayah Jabodetabek dan Yogyakarta–Solo.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

IDN Channels

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya