Jakarta, FORTUNE – Sejumlah operator telekomunikasi dalam negeri telah memulai proses untuk menyetop layanan 3G dan pada saat bersamaan meningkatkan ke jaringan 4G/LTE. Menurut Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, migrasi dari 3G ke 4G disinyalir merupakan keniscayaan seiring evolusi teknologi seluler.
“Dengan migrasi maka teknologi baru akan memberikan kecepatan akses yang lebih tinggi dan lebih baik serta dukungan latency yang lebih rendah,” ujar Heru kepada Fortune Indonesia, Kamis (7/4).
PT XL Axiata Tbk memastikan akan mematikan layanan 3G tahun ini dan diharapkan akan tuntas sepenuhnya pada awal April 2022. Lalu, PT Telekomunikasi Seluler atau Telkomsel mulai melakukan proses peningkatan maupun pengalihan layanan jaringan 3G ke 4G di 504 kabupaten/kota secara bertahap hingga akhir 2022.
Meski demikian, menurut Heru, proses migrasi 3G ke 4G tersebut harus memperhatikan sejumlah hal, seperti kesiapan teknologi pengganti dan sosialisasi kepada masyarakat. Menurutnya, dalam hal ini perlu kehati-hatian agar konsumen bisa mendapatkan layanan yang lebih baik.
Dia berpendapat sebelum sinyal 3G dimatikan di suatu wilayah tertentu, perlu dipastikan di daerah terkait jaringan 4G atau bahkan 5G sudah tersedia. Bagi masyarakat yang terdampak migrasi, kata Heru, juga harus mendapatkan sosialisasi terkait akses ke layanan teknologi terbaru.
Nasib jaringan 3G
Menurut Heru migrasi diharapkan akan berdampak ke internet Indonesia yang semakin kencang. Pasalnya, internet Indonesia tergolong lambat jika dibandingkan sejumlah negara.
Berdasarkan data dari Speedtest Global Index, kecepatan unduh internet mobile Indonesia hanya mencapai 17,24 Mbps pada Februari 2022. Dengan laju internet tersebut, Indonesia berada di posisi cukup belakang, yakni di peringkat 101 dari 138 negara yang disurvei.
Sebagai konteks, rata-rata kecepatan internet mobile secara global mencapai 29,91 Mbps. Sementara, Singapura sanggup memberikan kecepatan 64,53 Mbps, Malaysia 25,72 Mbps, dan Thailand 32,52 Mbps.
Kepada Fortune Indonesia, Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef, mengatakan layanan 3G memang layak disetop tersebab biaya bandwith yang tinggi dan bit rate yang rendah.
Menurut Ian, penghentian 3G memungkinkan frekuensi jaringannya untuk dapat digunakan oleh 4G. Dengan begitu, kualitas jaringan juga akan lebih baik.
“Masyarakat sebenarnya diuntungkan kalau pakai 4G. Dengan membayar tarif yang sama tapi kuota lebih tinggi kalau menggunakan 4G. Karena kompresi 4G juga lebih bagus,” kata Ian.
Transformasi digital
Menurut Group Head Corporate Communication XL Axiata, Tri Wahyuningsih, penghentian layanan 3G memasuki akhir Maret tahun ini telah mencapai lebih dari 95 persen. Dia pun memastikan penyetopan diharapkan akan tuntas bulan ini.
Menurut Wahyuningsih, penghentian layanan 3G turut mempertimbangkan kesiapan ekosistem, termasuk tingkat penggunaan layanan data dan kesiapan gawai dari sisi pengguna. Hal itu demi kenyamanan pelanggan yang tetap terjaga dalam proses peningkatan 3G ke 4G.
Sementara, Direktur Network Telkomsel, Nugroho, mengatakan Maret 2022 menjadi tahap pertama perseroan dalam meningkatkan layanan tersebut. Pada tahap ini, targetnya rampung pada Mei, sebelum dilanjutkan ke proses pada tahap berikutnya.
Telkomsel senantiasa mengajak pelanggan yang masih menggunakan 3G agar beralih ke 4G, kata Nugroho. Bagi konsumen yang ingin migrasi ke uSIM 4G lebih dulu memeriksa ketersediaan 4G di wilayahnya melalui USSD Menu Browser (UMB) di *888*47#. BUMN telekomunikasi ini juga memberikan sejumlah opsi layanan bagi pelanggan yang ingin menukarkan atau mengganti kartu ke uSIm 4G, baik melalui mekanisme daring maupun luring lewat layanan GraPARI.