PHK Teknologi Berlanjut, Ericsson Pangkas 8.500 Pekerja

Bpaya menghemat pengeluaran.

PHK Teknologi Berlanjut, Ericsson Pangkas 8.500 Pekerja
Ilustrasi Ericsson. (Pixabay/choukyin)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Ericsson menjadi perusahaan teknologi terbaru yang mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal mengumumkan rencana pemangkasan terhadap 8.500 pegawainya di seluruh dunia.  

Ericsson sebelumnya telah mengumumkan rencana untuk memecat 1.400 pekerja di Swedia, demikian CNN Business, Senin (27/2), sebagai bagian dari rencana efisiensi secara global.

“Cara pengurangan jumlah pegawai akan dikelola akan berbeda tergantung pada praktik negara setempat," kata Kepala Eksekutif Borje Ekholm dalam memo yang dikirim ke karyawan. "Di beberapa negara, pengurangan jumlah pegawai sudah dikomunikasikan minggu ini," ujarnya.

Ericsson, yang mempekerjakan lebih dari 105.000 orang di seluruh dunia, belum mengungkapkan karyawan di wilayah mana yang akan banyak terdampak oleh kebijakan efisiensi.

Namun, laporan dari analis menaksir Ericsson akan memecat karyawan terutama di wilayah Amerika Utara. Sedangkan, karyawan Ericsson di India kemungkinan takkan banyak terpengaruh oleh gelombang PHK ini.

Efisiensi bisnis

ilustrasi PHK (unsplash.com/Christian Erfurt)

Dikutip dari Business Today, Ericsson pada Desember mengumumkan bakal memangkas US$880 juta bujet perusahaan pada akhir 2023 dengan dalih bisnisnya telah terkena efek dari melambatnya permintaan di beberapa pasar, termasuk Amerika Utara.

“Sudah merupakan kewajiban kami untuk menghemat biaya agar tetap kompetitif," kata Ekholm. "Musuh terbesar [kami] saat ini mungkin adalah rasa puas diri."

Bulan lalu, Ericsson melaporkan pendapatan inti kuartal keempat lebih rendah dari perkiraan. Situasi itu terjadi karena penjualan peralatan 5G yang melambat di pasar Amerika Utara, tulis CNN Business.

Ericsson menambah daftar perusahaan yang mengumumkan PHK massal dalam beberapa minggu terakhir. Raksasa teknologi secara umum mengalami gejolak internal usai merekrut karyawan secara besar-besaran selama pandemi. Sementara, perusahaan media juga telah memecat staf karena belanja iklan online yang merosot.

Pada Januari, Google mengumumkan langkah PHK terhadap 12.000 karyawannya. Hampir bersamaan, Microsoft menyebut akan memangkas 10.000 tenaga kerjanya.

CEO Google, Sundar Pichai, dalam sebuah surat kepada karyawan, menyatakan perusahaannya telah melihat periode pertumbuhan yang dramatis dalam dua tahun terakhir. Namun, Google mesti menyesuaikan pertumbuhan itu dengan situasi ekonomi riil saat ini. 

Sementara itu, CEO Microsoft, Satya Nadella, mengatakan industri secara umum telah menyesuaikan pengeluaran untuk belanja digitalnya. "Kami juga melihat organisasi di setiap industri dan geografi berhati-hati karena beberapa bagian dunia berada dalam resesi dan bagian lain sedang mengantisipasinya,” ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

IDN Channels

Most Popular

Emas Menguat Setelah Data Inflasi AS Lebih Rendah Dari Ekspektasi
TikTok Diblokir Mulai 19 Januari 2025, Pengguna AS Beralih
WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Openspace Himpun Dana US$165 Juta, Siap Perluas Investasi Startup
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers