Survei: Mayoritas Gen Z Dapat Kerja karena Bantuan “Orang Dalam”

Gen Z juga memakai koneksinya untuk meraih kenaikan jabatan.

Survei: Mayoritas Gen Z Dapat Kerja karena Bantuan “Orang Dalam”
ilustrasi karyawan di perusahaan (freepik.com/Tirachardz)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Generasi Z disebut-sebut suka memanfaatkan bantuan “orang dalam” untuk melamar pekerjaaan. Praktik nepotisme di dunia pekerja dari kelompok muda ini bahkan dikatakan lebih dominan ketimbang generasi lainnnya. Benarkah demikian?

Fortune.com melansir, Kamis (5/4), sebuah penelitian menunjukkan bahwa Gen Z telah mengambil keuntungan dari praktik nepotisme di dunia kerja. Padahal, selama ini kelompok muda itu dianggap anti terhadap perilaku diskriminasi.

Asal tahu saja, nepotisme merujuk kepada tindakan perusahaan atau pemimpin perusahaan yang mempekerjakan seseorang berdasarkan hubungan dekat, baik itu saudara, kerabat, maupun teman, dan bukan kemampuannya.

Menurut riset terbaru dari Applied, 75 persen gen Z yang menganggap nepotisme “tidak adil” justru akan menggunakannnya untuk mendorong kemajuan karier mereka.

Situasi tersebut kontras dengan generasi di atasnya. Misalnya saja, cuman 33 persen kelompok pekerja berusia di atas 55 yang menganggap sah bantuan dari orang lain untuk memajukan karier mereka.

Tawaran pekerjaan

Ilustrasi pemagang. (Pixabay/Mohammed Hassan)

Jajak pendapat Applied—yang dilakukan terhadap 2.000 orang—menemukan bahwa 68 persen pekerja Gen Z mendapatkan pekerjaan, atau tawaran pekerjaan, dari koneksi pribadi mereka.

Angka tersebut di atas rata-rata 42 persen pekerja yang beroleh pekerjaan karena sumbangsih orang lain. Sedangkan, hanya seperempat dari orang berusia di atas 55 tahun yang mengaku mendapatkan pekerjaan melalui orang yang mereka kenal.

Bahkan, Gen Z juga disebut mengambil untung dari bantuan orang dalam untuk mendorong kenaikan jabatannya. Meski baru saja memasuki dunia kerja, penelitian menunjujukkan bahwa 37 persen pekerja muda tersebut telah mengantongi posisi “manajemen menengah” dan 14% berada di peran “manajemen senior”.

“Tidak mengherankan jika pekerja yang lebih muda lebih cenderung menggunakan nepotisme,” kata CEO Applied, Khyati Sundaram. Menurutnya, alasan Gen Z melamar pekerjaan lewat bantuan kenalannya karena kondisi dunia kerja hari ini yang tidak realistis.

Sebab, saat ini meski perusahaan menawarkan pekerjaan untuk posisi lulusan baru bagi pekerja muda, mereka diminta untuk telah memiliki pengalaman pekerjaan yang relevan sebelumnya. Maka, masuk akal bagi para pekerja gen Z untuk mendaftar pekerjaan dengan bantuan orang dalam.

Sundaram pun berpendapat bisnis saat ini mesti mulai mengubah proses perekrutannya. Perusahaan dalam merekrut pekerja tak hanya berfokus pada pengalaman bekerja mereka.

Di sisi lain, dalam proses perekrutan, manajer sumber daya manusia (SDM) sebaiknya tetap menggelar wawancara kepada calon kandidat. Hal ini untuk enghindari rekomendasi dari bantuan orang terdekat dari calon pekerja tersebut.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024