Jakarta, FORTUNE – Proses penggabungan usaha antara Indihome dengan Telkomsel memasuki babak baru. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, selaku induk perusahaan, telah meneken perjanjian pemisahan bersyarakat (conditional spin-off-agreement/CSA) dengan Telkomsel.
Dikutip dari siaran pers Telkom, Kamis (6/4), perpanjian tersebut demi proses penyatuan Indihome dengan Telkomsel. Rencananya, transaksi CSA tersebut ditargetkan rampung pada awal kuartal ketiga 2023, tergantung dari persetujuan regulator dan pemegang saham.
“Penandatanganan perjanjian ini merupakan bagian penting dalam mengimplementasikan strategi TelkomGroup untuk menyediakan variasi layanan broadband terbaik, memperkuat bisnis, dan mewujudkan inklusi digital di Indonesia,” begitu keterangan manajemen Telkom.
IndiHome dikatakan menguasai 75,2 persen pangsa pasar di Indonesia, salah satu pasar fixed broadband dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Sedangkan, rerata pendapatan per pengguna (ARPU fixed broadband dikatakan enam kali lebih tinggi dari seluler di Indonesia.
Dampak transaksi
Dengan transaksi barusan, Telkom Group akan menyerahkan sepenuhnya layanan bisnis ke konsumen (B2C) kepada Telkomsel. Sementara, grup akan berfokus pada lini bisnis ke bisnis (B2B).
"Proses integrasi layanan broadband untuk pelanggan ritel TelkomGroup adalah bagian dari tranformasi bisnis ‘Five Bold Moves’ untuk memperkuat posisi perusahaan sebagai pemimpin pasar telekomunikasi digital di Indonesia,” kata Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah.
Nantinya, integrasi tersebut akan memungkinkan masyarakat untuk beroleh layanan broadband secara lebih luas. Daam hal ini, pelanggan dapat melakukan perpindahan secara bebas, tanpa khawatir kehilangan layanan.
Di sisi lain, bagi Telkom Group, kesepakatan transaksi tersebut membuka peluang perusahaan untuk beroperasi lebih efektif dan efisien, baik dari struktur bisnis perusahaan, alokasi modal, dan biaya operasional.
Sementara itu, Direktur Utama Telkomsel, Hendri Mulya Syam, menyatakan integrasi dengan Indihome akan semakin memperkuat posisi perseroan sebagai pemain di industri telekomunikasi dan digital di dalam negeri. Hal ini, katanya, sekaligus membuktikan komitmen perseroan dalam memperluas segmen bisnis terutama di layanan Fixed Mobile Convergence (FMC).
“Telkomsel berkomitmen untuk terus bergerak maju melampaui ekspektasi menghadirkan produk dan layanan terdepan kepada pelanggan kami, serta konsisten mengembangkan ragam inovasi layanan yang semakin terintegrasi, yang akan mengakselerasi pemerataan konektivitas digital yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Hendri.
Nantinya, setelah penandatanganan perjanian transaksi, rangkaian proses persiapan integrasi layanan fixed broadband dan seluler untuk pelanggan ritel akan segera dilakukan.
Skema transaksi
Bagi Telkomsel, transaksi penyatuan ini juga mendapatkan persetujuan dari Singtel sebagai pemegang saham.
Adapun skema penggabungan usaha antara Indihome dengan Telkomsel sebagai berikut. Telkomsel akan mengeluarkan sejumlah saham baru bagi Telkom. Nilai IndiHome mencapai Rp58,3 triliun, yang mana dikatakan 50 persen lebih tinggi dari ekuitas Telkom jika digabungkan dengan perjanjian komersial lainnya antara Telkom dan Telkomsel.
Itu mengakibatkan transaksi ini dikategorikan sebagai transaksi material yang memerlukan persetujuan dari pemegang saham independen Telkom.
Bersamaan dengan integrasi ini, Singtel sepakat untuk menggunakan haknya untuk mengambil sebesar 0,5 persen saham baru di Telkomsel senilai Rp 2,7 triliun dalam bentuk tunai. Hal ini menjadikan kepemilikan efektif Singtel di Telkomsel menjadi 30,1 persen. Sedangkan, kepemilikan Telkom di Telkomsel naik menjadi 69,9 persen.
Telkom Group memastikan bahwa proses integrasi FMC berlangsung transparan dan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku, termasuk mematuhi peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).