Token Metaverse Sedang Naik Daun, Apakah Prospeknya Menjanjikan?

Hati-hati terhadap hype token metaverse.

Token Metaverse Sedang Naik Daun, Apakah Prospeknya Menjanjikan?
Logo token kripto "Decentraland" pada tampilan ponsel pintar. Shutterstock/David Esser.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kepopuleran teknologi metaverse ternyata memberikan efek positif terhadap perdagangan aset kripto. Menurut trader Tokocrypto, token kategori metaverse sejak akhir tahun lalu telah menunjukkan kenaikan  signifikan.

Menurutnya, kondisi tersebut dipicu oleh kesadaraan masyarakat akan metaverse yang belakangan meningkat karena tak sedikit perusahaan maupun pemerintah negara dunia yang menyatakan akan mengembangkan metaverse sendiri.

"Pertumbuhan aset yang tidak dapat dipertukarkan (non-fungible token/NFT) dan kejayaan proyek play-to-earn memang mendorong meningkatkan transaksi token kripto yang masuk dalam kategori metaverse. Potensi masih cukup besar, meski market sedang bearish dan akan terus berlanjut hingga beberapa bulan ke depan," kata Nathan, dalam rilis resmi, dikutip Senin (13/6).

Nathan mengutip laporan Kraken Intelligence yang memperlihatkan meski dalam kondisi pasar negatif, token metaverse berhasil naik 400 persen ketimbang tahun lalu. Situasi tersebut terjadi akibat peningkatan minat investor dalam NFT dan dunia imersif.

Sejumlah token metaverse yang membubung dalam setahun terakhir, seperti Decentraland (MANA) mencapai 41 persen, Sandbox (SAND) sebesar 470 persen, dan Axie Infinity (AS) bahkan mencapai 511 persen.

Dikutip dari coinmarketcap.com, saat artikel ini ditulis, Decentraland memimpin token metaverse, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp21,39 triliun. Setelahnya, diikuti market cap The Sandbox mencapai Rp17,14 triliun, ApeCoin Rp16,87 triliun, Theta Network Rp16,31 triliun, dan Axie Infinity Rp13,42 triliun.

Prospek

Ilustrasi Metaverse/ Shuterstock Poptika

Metaverse diklaim memiliki prospek menjanjikan, terlebih di tengah tak sedikit orang yang menghabiskan waktu di dunia virtual baik gim atau media sosial, menurut Nathan. Namun, dia mengingatkan, kenaikan harga aset metaverse ini bisa jadi berlandaskan hype.

"Pasalnya, secara adopsi teknologi masih tidak begitu tinggi walaupun tingkat transaksi yang cukup besar telah terjadi," ujarnya.

Menurutnya, investor akan lebih baik untuk berhati-hati atas hype dari token metaverse tersebut. Pelaku pasar mestinya melihat terlebih dahulu, serta menunggu realisasi proyek dunia virtual itu, dan mempertimbangkan konsep tokenomics.

Pun begitu, kenaikan token kripto metaverse seperti menjadi angin segar di tengah kemerosotan pasar kripto, kata Nathan. Riset Kraken Intelligence menunjukkan periode sama nilai jual Bitcoin (BTC) turun mencapai 13 persen, sedangkan Ethereum merosot 25 persen, dan token keuangan terdesentralisasi (decentralized finance/DeFi) terkoreksi 72 persen.

Menurut data dari coinmarketcap, saat ini kapitalisasi pasar keseluruhan aset kripto hanya mencapai Rp16.189 triliun. Padahal, pada awal tahun ini atau secara year-to-date, market cap aset sama masih sebesar Rp32.278 triliun.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

IDN Channels

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya