Jakarta, FORTUNE – Bitcoin baru saja mencapai tonggak baru dalam sejarah setelah 19 juta aset digital tersebut berhasil ditambang. Saat ini hanya tersisa 2 juta Bitcoin yang bisa ditambang dari total persediaan 21 juta.
Bitcoin ke-19 juta masuk dalam catatan usai ditambang oleh SBI Crypto di blok 730002, Jumat (1/4). SBI Crypto pun beroleh 6,32 Bitcoin atau US$293 ribu (lebih dari Rp4 miliar) atas kemampuannya dalam mengatasi masalah dalam biaya transaksi (trouble in transaction fees) serta mendapatkan block reward.
Dikutip dari The Indian Express, Bitcoin adalah salah satu dari sedikit aset kripto dengan persediaan terbatas. Penemu Bitcoin, anonim Satoshi Nakamoto, memang membatasi jumlah Bitcoin sekitar 21 juta. Itu untuk membuatnya langka sekaligus mengendalikan inflasi yang mungkin bisa timbul jika pasokan Bitcoin tidak terbatas.
Bitcoin ditambang dengan cara memecahkan teka-teki matematika untuk memverifikasi dan memvalidasi blok transaksi yang terjadi di jaringannya. Dalam arti lain, ini adalah proses menambahkan Bitcoin baru ke dalam sirkulasi. Setelah melakukan serangkaian transaksi dengan sukses, penambang diberikan satu blok Bitcoin.
Setiap empat tahun, hadiah untuk menambang Bitcoin terbagi menjadi dua (halved). Pada saat rilis di 2008, reward atas melakukan konfirmasi blok dalam Bitcoin mencapai 50 Bitcoin. Lalu, pada 2012 menjadi 25 Bitcoin, 2016 sebesar 12,5 Bitcoin, dan Mei 2020 mencapai 6,25 Bitcoin. Proses ini disebut halving dan akan berlanjut hingga Bitcoin terakhir ditambang.
Halving berikutnya diharapkan terjadi pada 2024, menurut Bitcoin.com. Nantinya, penambang akan bisa mendapatkan 3,125 Bitcoin per blok. Selanjutnya, halving kembali terjadi pada 2008.
Penambangan Bitcoin telah dimulai sejak 2009 atau hampir 13 tahun. Adapun Bitcoin ke 18,5 juta resmi masuk dalam catatan penambangan pada September 2020.
2 juta Bitcoin hingga 2140
Di atas kertas, pasokan Bitcoin tampak kian menipis dengan hanya tersisa 2 juta. Namun, menurut blokchain.com, sisa 10 persen aset digital tersebut akan bertahan hingga 2140 atau 118 tahun ke depan.
“Ini mungkin tampak seperti angka kecil di pandangan pertama, tetapi saya yakin hari-hari terbaik untuk menambang masih ada di depan kita,” kata Kjetil Hove Pettersen dari Kryptovault, perusahaan penambang Bitcoin, dikutip dari cointelegraph, Selasa (5/4).
Sementara data menunjukkan ada 19 juta bitcoin yang telah ditambang, tidak ada yang benar-benar tahu berapa banyak Bitcoin yang beredar. Pasalnya, ada sejumlah koin yang tidak bisa diperoleh maupun hilang ketika proses penambangan.
Meski demikian, Satoshi Nakamoto sudah memperhitungkan dilema koin yang hilang tersebut. Dia lantas menyebut kondisi itu akan membuat Bitcoin lebih langka dan karenanya lebih berharga.
“Koin yang hilang hanya membuat koin orang lain sedikit lebih berharga. Anggap saja sebagai sumbangan untuk semua orang,” kata Satoshi.
Mengutip data dari coinmarketcap, saat ini harga Bitcoin mencapai sekitar US$46 ribu, Pada November tahun lalu, harga aset kripto tersebut sempat mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$68 ribu.