Upaya Insurtech Qoala dan Fuse Ekspansi Ke Pasar Luar Negeri

Insurtech berfokus pada penyediaan layanan klaim cepat.

Upaya Insurtech Qoala dan Fuse Ekspansi Ke Pasar Luar Negeri
Ilustrasi insurtech. (Shutterstock/Panchenko Vladimir)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Sektor asuransi teknologi (insurtech) menyaksikan perkembangan kinerja bisnis positif, dapat terlihat pada kinerja sejumlah pemainnya seperti Qoala dan Fuse. Keduanya tidak hanya mengembangkan bisnis di dalam negeri, tapi juga membidik ekspansi ke pasar luar negeri.

Qoala, misalnya, menawarkan beragam asuransi sesuai kebutuhan dan gaya hidup masyarakat. Produknya tidak hanya berfokus pada kesehatan dan jiwa, tapi juga gawai, perjalanan, properti, hingga kendaraan bermotor.

Deputy CEO dan Co-founder Qoala, Tommy Martin, dalam keterangannya, Senin (12/12), menyatakan keberagaman jenis produk asuransi yang berfokus kepada kebutuhan individu ini menjadi selling point Qoala.

“Kami sejauh ini berhasil menjadi perusahaan insurtech terbesar di Asia Tenggara dalam hal penjualan asuransi ritel atau individual. Sesuai prinsip Qoala, tujuan kami hadir di Indonesia dan Asia Tenggara adalah untuk meningkatkan adopsi asuransi. Jadi, memang fokusnya harus lebih bisa ke ritel,” ujarnya.

Selain Indonesia, Qoala telah melakukan ekspansi bisnis di Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

Perusahaan rintisan itu pada Mei mengantongi pendanaan seri B senilai US$65 juta atau hampir Rp950 miliar yang dipimpin Eurazeo, perusahaan investasi asal Prancis.

Qoala menyatakan tumbuh 30 kali lipat sejak pendanaan seri A pada April 2020, capaian yang dipandang tercepat untuk perusahaan insurtech Asia Tenggara.

Misi Qoala

Kiri ke kanan: Harshet Lunani (CEO dan Founder Qoala), Tommy Martin (COO dan Co-founder Qoala). Dok/Qoala

Sebagai perusahaan asuransi teknologi, Qoala berupaya memasyarakatkan asuransi, kata Tommy. Tantangannya memang tidak mudah. Ada cakupan pasar yang terbatas, ketersediaan jenis produk asuransi yang sesuai dengan masyarakat dan proses penerbitan polis, dan klaim yang sangat manual dan memakan waktu.

“Qoala hadir untuk menjadi solusi dari tantangan tersebut dengan berupaya menciptakan teknologi yang memudahkan akses asuransi dengan proses klaim berbasis digital dan machine learning,” ujarnya.

Hingga kini pemahaman masyarakat terhadap pentingnya memiliki asuransi juga belum meluas. Untuk menawarkan berbagai produknya, Qoala berkolaborasi dengan perusahaan rintisan digital pada sejumlah sektor seperti e-commerce, perjalanan, sampai investasi.

Dari sisi layanan, perusahaan itu punya Qoala Plus yang bertujuan membantu para mitra atau tenaga pemasar mendistribusikan produknya. Jumlah tenaga pemasarnya di seluruh Indonesia saat ini 50 ribu. Qoala juga memiliki platform yang merupakan marketplace asuransi digital untuk mengakses dan membeli berbagai macam asuransi secara langsung lewat situs atau aplikasi Qoala.

Ekspansi Fuse

Andy Yeung, Co-Founder & CEO of FUSE/ Dok. East Ventures

Untuk Fuse, perusahaan itu mengumumkan penerbitan lebih dari lima juta polis sejak hadir di pasar Vietnam pada tahun lalu. 

Fuse menawarkan produk asuransi mikro melalui kanal e-commerce dengan harga kompetitif. Insurtech tersebut baru-baru ini juga mereplikasi model Business to Agent/Broker to Customer (B2A2C) ke Vietnam—yang sebelumnya berhasila dikembangkan di pasar Indonesia. 

"Momentum di Vietnam sangat positif seiring dengan dampak pandemi Covid-19 yang mulai menurun. Strategi kami adalah menggabungkan teknologi dengan pengetahuan yang kami miliki, untuk menciptakan bisnis yang benar-benar mengerti kebutuhan asuransi di Vietnam." ujar pendiri dan CEO Fuse, Andy Yeung, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (13/12).

Head of Vietnam Fuse, Tran Diem Ngoc Quynh, menambahkan industri asuransi Vietnam masih memiliki ruang tumbuh besar. Penetrasi asuransi di sana 2,3–2,8 persen, dan dianggap rendah jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Potensi tersebut tecermin pada laporan e-Conomy SEA 2022 oleh Google, Temasek dan Bain & Company. Riset itu menaksir GMV ekonomi digital Vietnam pada 2022 mencapai US$23 miliar, dan akan meningkat menjadi US$49 miliar pada 20245. Di sisi lain, industri asuransi umum di Vietnam juga diprediksi akan tumbuh karena didukung oleh pemulihan ekonomi yang kuat, peningkatan frekuensi bencana alam, dan pertumbuhan asuransi wajib.

"Pasar asuransi nonjiwa sangat kompetitif di Vietnam. Kami berharap bisa membawa angin segar. Alih-alih mendisrupsi dunia asuransi, kami menggunakan teknologi untuk mengaktifkan berbagai stakeholder di ekosistem asuransi,” ujarnya.

Melalui aplikasi Fuse Pro, perusahaan itu membantu agen ataupun broker dalam urusan perbandingan produk, pengajuan polis, pencairan komisi, dan pengajuan klaim.

"Kami sangat meyakini bahwa transformasi asuransi digital dapat membantu lebih banyak orang mendapatkan proteksi asuransi, dan semoga tingkat penetrasi asuransi dapat meningkat secara substansial di tahun-tahun mendatang di Indonesia, Vietnam dan Asia Tenggara," kata Andy.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya