Agar Tak Tergantikan AI, Pakar IT Ungkap Potensi yang Ditingkatkan SDM

Ini 5 potensi yang harus ditingkatkan SDM.

Agar Tak Tergantikan AI, Pakar IT Ungkap Potensi yang Ditingkatkan SDM
Ilustrasi robot trading. (ShutterStock/Tatiana Shepeleva)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Adopsi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dalam beberapa tahun terakhir tumbuh secara signifikan. Pemerintah Indonesia dan sektor swasta bahkan telah mengambil langkah-langkah untuk mendorong pengembangan dan penerapan AI pada berbagai bidang, seperti industri finansial, kesehatan, transportasi dan logistik, pendidikan, hingga pengembangan smart city. 

Beberapa tugas dalam bidang keuangan, seperti pengelolaan portofolio investasi, analisis data keuangan, dan manajemen risiko, dapat dikerjakan oleh AI dengan lebih efisien dan akurat dibandingkan dengan manusia. Mesin pembelajaran dan algoritma AI dapat menganalisis data secara cepat dan memberikan rekomendasi yang lebih baik.

Kini, dengan adanya asisten virtual seperti Siri, Google Assistant, dan Alexa, beberapa tugas asisten pribadi tradisional, seperti mencatat jadwal, mengingatkan acara, mencari informasi, dan menjawab pertanyaan sederhana, dapat dilakukan oleh AI. 

Namun, bagi sebagian masyarakat, adopsi AI ternyata membawa kekhawatiran tersendiri. Pasalnya, AI digadang-gadang dapat menggantikan banyak peran dan profesi manusia. 

375 juta pekerjaan akan hilang akibat robotika

Ilustrasi robot trading atau robot forex. Shutterstock/SWKStock

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute (MGI) pada 2017 yang berjudul "Jobs Lost, Jobs Gained: What the Future of Work Will Mean for Jobs, Skills, and Wages" menyimpulkan bahwa perubahan teknologi akan berpengaruh pada berbagai jenis pekerjaan pada masa mendatang.

Laporan tersebut juga menunjukkan sekitar separuh pekerjaan di seluruh dunia atau 375 juta diperkirakan akan hilang akibat otomatisasi dan robotika. Namun, sejumlah besar pekerjaan baru juga akan muncul, sehingga menciptakan kebutuhan untuk adaptasi dan menimbulkan pergeseran keterampilan.

CEO G2Academy sekaligus Pakar IT dan Teknologi Digital, Ferry Sutanto, memaparkan sumber daya manusia (SDM) harus meningkatkan potensi dan kemampuannya agar tidak kalah saing dengan AI. 

"Alih-alih terlena dengan berbagai kemudahan yang tercipta karena AI, manusia justru harus mempersiapkan langkah yang cerdas dan cerdik, guna menghadapi persaingan yang semakin meningkat dengan kecerdasan buatan. Ada banyak hal atau keterbatasan yang AI belum bisa kerjakan, setidaknya saat ini di Indonesia. Sehingga di situlah kita harus lebih terampil," kata Ferry melalui keterangan tertulis yang dikutip di Jakarta, Senin (12/6).

Ini 5 potensi yang harus ditingkatkan SDM

Anak-anak sekolah mengenakan kacamata realitas virtual di sekolah di kelas ilmu komputer. Shutterstock/ Halfpoint.

Ferry berbagi sedikit tips agar kita bisa memaksimalkan potensi diri untuk dapat bekerja berdampingan dengan AI, tanpa dengan mudah tergantikan oleh AI. 

1. Keep up to date 

SDM harus selalu dapat mengikuti perkembangan AI secara menyeluruh dan khususnya pada bidang/area yang ditekuni. Dengan begitu, ia akan lebih mudah untuk mengenali AI dan mengerti bagaimana peran AI termasuk batasan AI. 

2. Kuatkan pemahaman yang mendalam tentang konteks dan makna 

Kecerdasan buatan saat ini dapat memproses dan menganalisis data dalam skala besar, tetapi masih sulit memahami konteks dan maknanya yang lebih dalam, terutama dalam bahasa manusia yang kompleks. 

3. Asah kreativitas dan kemampuan interpersonal 

Kecerdasan buatan saat ini masih belum dapat menunjukkan kreativitas dan empati yang setara dengan manusia. Mereka tidak dapat menghasilkan karya seni yang orisinil atau memahami perasaan dan emosi manusia dengan tepat. 

4. Latih kemampuan kepemimpinan dan pengambilan keputusan yang efektif. 

Manusia dapat belajar dari pengalaman dan membuat generalisasi yang berguna untuk situasi yang belum pernah dialami sebelumnya. Kecerdasan buatan saat ini masih sulit untuk belajar dengan cara yang sama, terutama ketika dihadapkan dengan situasi tidak terduga. 

Sebaliknya, kecerdasan buatan saat ini masih cenderung mengikuti aturan dan model yang telah diprogramkan, dan belum mampu menghasilkan pemikiran kritis atau mengambil keputusan yang memerlukan pemikiran kritis tingkat tinggi, serta penilaian yang kompleks dan kontekstual. 

5. Tingkatkan kapasitas diri dalam bidang teknologi digital

Kita tidak akan mungkin memahami perkembangan AI jika tidak bertransformasi secara digital dan lebih menguasai perkembangan ilmu komputer dan teknologi digital. Sejatinya, sekalipun AI adalah teknologi yang berpotensi menggantikan pekerjaan manusia, namun di sisi lain juga berpotensi memunculkan pekerjaan baru. 

Pekerjaan yang berhubungan dengan teknologi, seperti analis data, pengembang perangkat lunak, dan ahli kecerdasan buatan, diperkirakan akan berkembang pesat. 

"Saat ini banyak pilihan platform edukasi yang dapat membantu meningkatkan kapasitas kita, dari yang sekedar pengguna teknologi, menjadi talenta digital yang memiliki standar industri, seperti G2Academy," katanya. 

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya