Jakarta, FORTUNE - Digitalisasi keuangan saat ini nampak nyata seiring dengan perkembangan teknologi. Terlebih, bank digital terus bermunculan dan kian menjamur sehingga menyumbang tingginya transaksi mobile banking.
Sebagai salah satu pelaku bisnis dari bank digital, Direktur Utama Bank Jago Karim Siregar bahkan meyakini, pangsa pasar dari digital keuangan bisa mencapai 100 persen di Indonesia dan dunia. Kondisi tersebut sejalan dengan masivnya digitalisasi sistem.
“Pangsa pasar (keuangan) menurut saya bisa 100 persen berubah jadi digital. Contohnya Israel akan terapkan casless di seluruh negaranya. Menurut saya luar biasa ya bisa melakukan seperti itu. Artinya cash akan hilang,” kata Karim saat sesi wawancara khusus dengan Fortune Indonesia, Senin (19/9).
Dua sisi digitalisasi keuangan
Namun demikian, menurutnya digitalisasi keuangan memiliki dua sisi mata uang yakni negatif dan positif. Sisi negatif dari digitalisasi keuangan, lanjut Karim, ialah mengenai perlindungan data pribadi nasabah yang menjadi tantangan dan harus diperhatikan oleh seluruh pelaku industri keuangan. Oleh karena itu, dirinya sangat bersyukur Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) di Indonesia mulai dirancang dan akan disahkan dalam waktu dekat.
Sedangkan untuk sisi positif ialah kecepatan dan kemudahan dalam bertransaksi keuangan. Hal itulah yang menurutnya sudah diimplementasikan Bank Jago sebagai bank digital. Menurutnya seluruh negara bakal mengarah ke digitalisasi keuangan namun melalui tahapan yang berbeda.
“Jadi untuk mendigitalkan masyarakat menurut saya sudah pasti arhanya kesitu. Negara fully digital atau cashless. Tinggal tadi tahapan-tahapan yang akan dilalui seperti apa,” kata Karim.
Bisnis ATM diyakini bakal hilang
Tak hanya itu, menurutnya secara perlahan bisnis ATM perbankan juga akan hilang sejalan dengan variasi sistem pembayaran di masyarakat seperti QRIS, virtual account dan transfer yang lebih murah akibat BI-Fast.
Oleh karena itulah, Bank Jago terus bertekad untuk menjadi bank digital yang terus menyiapkan inovasi dalam melayani nasabah secara digital. Salah satunya dilakukan dengan kolaborasi antarl embaga.
Bank Indonesia (BI) sebelumnya mencatat, hingga Juli 2022 nilai transaksi digital banking meningkat 27,82 persen (yoy) menjadi Rp4.359,7 triliun sejalan dengan normalisasi mobilitas masyarakat. Sementara itu, transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit mengalami peningkatan 34,87 persen (yoy) menjadi Rp739,4 triliun.
Di sisi lain, untuk jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada Juli 2022 meningkat 7,08 persen (yoy) mencapai Rp913,3 triliun.