Jakarta, FORTUNE — Isu tech winter masih menggema dan membayangi industri digital dan perusahaan rintisan teknologi atau startup. Sejumlah startup tercatat masih melakukan layoff hingga efisiensi pengeluaran.
Menanggapi hal tersebut, konsultan teknologi yang berfokus pada solusi cloud, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) Searce menilai efisiensi perlu dilakukan sejumlah perusahaan teknologi. Upaya tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan memanfaatkan cloud.
“Tech winter secara resource mereka berkurang, tapi tuntutan bisnis naik, dia harus cover loss mereka. Bagaimana caranya, kita bisa melakukan sebuah optimalisasi dan efisiensi melalui cloud dan analisa data,” kata Country Director Searce di Indonesia Benedikta Satya, di Jakarta, Rabu (5/4).
Selain itu, dalam melakukan transformasi digital, lanjut Benedikta, perusahaan tak harus memiliki data center atau server fisik sendiri. Pasalnya banyak perusahaan seperti Google dan Amazon Web Services (AWS) yang menyediakan layanan cloud yang bisa digunakan oleh pelanggannya dengan metode berlangganan atau dengan kata lain, bisa digunakan seperlunya tanpa perlu investasi besar di awal.
Penerapan cloud atasi tingginya traffic di e-commerce
Wanita yang akrab dipanggil Bene ini juga mengatakan, penggunaan cloud juga sangat bermanfaat bagi industri e-commerce. Pemanfaatan konsultan cloud juga berguna untuk mengatur traffic transaksi di e-commerce. Apalagi, e-commerce selalu kebanjiran pesanan setiap tanggal hari belanja nasional. Ia menambahkan, dengan pemanfatkan clod para pemilik e-commerce bisa mengatur jumlah kapasitas memori yang digunakan.
“Melalui cloud sekarang pelaku ecommerce bisa menaikan kapasitas data center hanya untuk double date campaign atau harbolnas saja. Kalau udah lewat double date campaign ya diturunin lagi karena traficnya tidak sebesar itu. Impactnya ke efisiensi jadi mereka gak perlu investasi besar hanya untuk mencapture kebutuhan yang sementara,” kata Bene.
Benedikta melihat market perusahaan teknologi di Indonesia sudah sangat siap dan diyakini cukup tangguh melewati tech winter. Karena itu, Searce hadir dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu target market.
Benedikta mengatakan, tuntutan bisnis mendorong perusahan-perusahan konvensional ke arah digital dengan mengadopsi cloud. Hal ini tentu menjadi peluang Searce untuk berkembang lebih pesat di Indonesia. Selama 3 tahun kehadirannya di Indonesia saja, Searce sudah mampu bekerja sama dengan berbagai lembaga.
Perusahaan yang bergerak di bidang sistem integrator yang menyediakan kebutuhan di ranah cloud ini melayani hampir semua sektor bisnis di dunia. Namun Sektor logistik, transportasi, dan ritel, serta e-commerce lebih dominan. Klien Searce sendiri lebih banyak berkembang di negara-negara Asia, India, dan Amerika. Adapun produk terlaris dari Searce, yaitu Google Map Solution.
Penerapan cloud bermanfaat ke perbankan
Tak hanya di e-commerce, cloud juga sangat bermanfaat bagi industri keuangan hingga perbankan baik konvensional maupun bank digital. Untuk itu, pada tahun lalu Searce juga berkolaborasi dengan Ayoconnect.
Transformasi bisnis ini akan mengukuhkan serta mempercepat pertumbuhan industri teknologi cloud di Indonesia, yang diprediksi akan mendukung nilai pasar ekonomi digital Indonesia menjadi senilai US$146 miliar pada tahun 2025 mendatang.
Seperti diketahui, open banking API telah menjadi salah satu faktor keberhasilan strategis untuk model bisnis transaksi digital di sektor keuangan. Sehingga ke depannya ekosistem digital dan kolaborasi data dapat meningkatkan resource perusahaan dengan tetap memperhatikan prinsip adopsi teknologi yang bertanggung jawab.
“Ketika mereka (bank digital) create produk baru mereka secara proses backend bisa cepat untuk ready. Jadi kita bantu mereka untuk manage. Misal bikin aplikasi dan cloud google kita membantu memantaince cloud mereka,” kata Bene.
Tak hanya itu, penerapan cloud dan analisis data juga dapat digunakan perbankan untuk mengelola data transaksi, Bank Indonesia (BI) bahkan mencatat, nilai transaksi digital banking meningkat 28,35 persen (yoy) pada Febuari 2023 menjadi Rp4.332,1 triliun. Tak hanya itu, analisa data juga berguna untuk menggelola kredit nasabah agar tidak tercipta kredit macet.