Jakarta, FORTUNE - Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengungkapkan, saat ini telah terjadi penurunan aliran pendanaan start-up digital di wilayah Asia mencapai 60 persen secar year-on-year (yoy) pada kuartal-III 2022.
Sedangkan secara quarter-to-quarter juga mengalami penurunan 33 persen. Meski demikian, dirinya tetap optimis transaksi start-up hingga fintech akan tetap tinggi.
“Fintech is here to stay with a bright future, terlepas dari tech winter. Dengan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 15 persen tahun 2022 hingga 2027 prognosisnya, nilai transaksi sektor fintech global diperkirakan mencapai US$28 triliun pada 2027," kata Johnny melalui keterangan resmi di Jakarta, Selasa (13/12).
Nilai transaksi fintech RI masih tinggi
Meski demikian, Johnny menyebut, nilai transaksi sektor fintech Indonesia tetap tinggi, dengan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) masih mencapai 39 persen atau tertinggi kedua di antara negara-negara G20.
"Performa unggul ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu menyikapi masa pandemi Covid-19 secara progresif sebagai momentum akselerasi digitalisasi sektor jasa keuangan di Indonesia," kata Johnny.
Kondisi optimistik ini juga turut dialami oleh sektor fintech Indonesia. Dirinya menyebut, nilai transaksi kotor/gross transaction value sektor digital payment fintech RI berada di kisaran US$266 miliar di 20222 dan diproyeksikan akan mencapai sekitar US$431 miliar pada 2025 dengan CAGR 17 persen.
Dirinya menambahkan, dalam merealisasikan potensi tersebut, pelaku sektor fintech perlu terus berinovasi seiring dengan perkembangan teknologi digital. Adopsi teknologi pun membutuhkan kolaborasi multipihak, dari sektor industri, pemerintah, serta pemangku kepentingan terkait demi memastikan terwujudkan ekonomi digital.
Fokus pembiayaan fintech untuk UMKM
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama (AFPI), Sunu Widyatmoko menyampaikan, teknologi digital di fintech lending dapat menjangkau akses pembiayaan bagi masyarakat unbanked dan underserved.
Wujud nyata keberadaan fintech lending bagi perekonomian nasional bisa dilihat dalam hal pembiayaan UMKM misalnya, fintech lending mencatatkan agregat penyaluran pendanaan mencapai Rp476,89 triliun kepada 92,4 juta penerima pinjaman (borrower).
"Ini menjadi bukti kontribusi positif fintech lending dalam memperluas akses keuangan masyarakat," kata Sunu.
Sunu menyebut, pihaknya siap berkolaborasi dengan lembaga jasa keuangan lain dan seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan inklusi keuangan termasuk turut memperkecil kesenjangan (gap) kredit sektor UMKM.