Pendanaan Startup Asia Turun 60%, Bagaimana Prognosa ke Depan?

Nilai transaksi fintech RI masih tinggi.

Pendanaan Startup Asia Turun 60%, Bagaimana Prognosa ke Depan?
Ilustrasi startup. Shutterstock/Indypendenz
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengungkapkan, saat ini telah terjadi penurunan aliran pendanaan start-up digital di wilayah Asia mencapai 60 persen secar year-on-year (yoy) pada kuartal-III 2022. 

Sedangkan secara quarter-to-quarter juga mengalami penurunan 33 persen. Meski demikian, dirinya tetap optimis transaksi start-up hingga fintech akan tetap tinggi. 

“Fintech is here to stay with a bright future, terlepas dari tech winter. Dengan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 15 persen tahun 2022 hingga 2027 prognosisnya, nilai transaksi sektor fintech global diperkirakan mencapai US$28 triliun pada 2027," kata Johnny melalui keterangan resmi di Jakarta, Selasa (13/12).

Nilai transaksi fintech RI masih tinggi

ilustrasi fintech (unsplash.com/Christiann Koepke

Meski demikian, Johnny menyebut, nilai transaksi sektor fintech Indonesia tetap tinggi, dengan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) masih mencapai 39 persen atau tertinggi kedua di antara negara-negara G20. 

"Performa unggul ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu menyikapi masa pandemi Covid-19 secara progresif sebagai momentum akselerasi digitalisasi sektor jasa keuangan di Indonesia," kata Johnny. 

Kondisi optimistik ini juga turut dialami oleh sektor fintech Indonesia. Dirinya menyebut, nilai transaksi kotor/gross transaction value sektor digital payment fintech RI berada di kisaran US$266 miliar di 20222 dan diproyeksikan akan mencapai sekitar US$431 miliar pada 2025 dengan CAGR 17 persen. 

Dirinya menambahkan, dalam merealisasikan potensi tersebut, pelaku sektor fintech perlu terus berinovasi seiring dengan perkembangan teknologi digital. Adopsi teknologi pun membutuhkan kolaborasi multipihak, dari sektor industri, pemerintah, serta pemangku kepentingan terkait demi memastikan terwujudkan ekonomi digital.

Fokus pembiayaan fintech untuk UMKM

UMKM kerajinan gelas kayu. (dok. Kemenkeu)

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama (AFPI), Sunu Widyatmoko menyampaikan, teknologi digital di fintech lending dapat menjangkau akses pembiayaan bagi masyarakat unbanked dan underserved. 

Wujud nyata keberadaan fintech lending bagi perekonomian nasional bisa dilihat dalam hal pembiayaan UMKM misalnya, fintech lending mencatatkan agregat penyaluran pendanaan mencapai Rp476,89 triliun kepada 92,4 juta penerima pinjaman (borrower). 

"Ini menjadi bukti kontribusi positif fintech lending dalam memperluas akses keuangan masyarakat," kata Sunu. 

Sunu menyebut, pihaknya siap berkolaborasi dengan lembaga jasa keuangan lain dan seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan inklusi keuangan termasuk turut memperkecil kesenjangan (gap) kredit  sektor UMKM.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina