Jakarta, FORTUNE - Lahir dalam keluarga akademisi, kecintaan Sharlini Eriza Putri terhadap ilmu pengetahuan tumbuh sedari dini. Perempuan berusia 34 itu sejak kecil kerap melihat ibunya bekerja di laboratorium Universitas Indonesia.
Sharlini meraih gelar sarjana teknik kimia dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah itu dia mengambil gelar Master di Imperial College London. Beberapa prestasi juga telah diraih Sharlini, di antaranya Indonesian Government Scholarship Award dan 1st Winner NCE Awards yang diterbitkan oleh Nestle pada 2011 dan 2012.
Selanjutnya, karier profesional Sharlini dimulai sejak 2009 menjadi process engineer di Nestle. selain itu, dia dipercaya menjadi Co-founder dan CEO Mata Garuda yang merupakan Ikatan Alumni LPDP. Pada 2019, Sharlini bersama Revata Utama dan Vincent Kurniawan mendirikan perusahaan rintisan, Nusantics.
Nusantics menjadi startup pertama yang bergerak di bidang bioteknologi genom di Indonesia. Inovasi terbarunya untuk mendukung penanggulangan pandemi Covid-19 ialah inovasi tes PCR melalui berkumur, atau PUMU (PCR kUMUr).
Sharlini sempat mengungkapkan, awal mula niatnya merancang teknologi PUMU didasari salah satunya mengenai tingginya kasus Covid-19 pada anak-anak. Namun, terkadang anak-anak enggan untuk menjalani tes PCR karena proses mencolok hidung dan tenggorokan.
"Kita prihatin lihat kasus anak meningkat 1.000%, takut dicolok, dan malas juga antre panjang yang makan waktu,” kata Sharlini kepada IDN Media, Sabtu (19/2).
Bekerja sama dengan Biofarma, masyarakat bisa melakukan tes PCR tanpa mencolok hidung dan tenggorokan melalui Bio Saliva yang mendeteksi varian Covid-19 dengan akurat. Dalam PUMU juga terdapat VarScreen RxReady yang merupakan salah satu jenis PCR SGTF yang mampu mendeteksi SARS-CoV-2 hingga nilai cycle threshold (CT) hingga 40. Semua layanan tersebut dikumpulkan ke dalam satu vending machine yang bisa dijalankan oleh masyarakat secara mandiri. Tak hanya itu, Nusantics juga memiliki produk Biome Scan.
Dalam perjalanannya, di awal 2020 Nusantics telah meraih pendanaan tahap awal dari East Ventures. Lalu kurang dari setahun setelah itu, East Ventures kembali mengucurkan pendanaan Seri A untuk pengembangan alat deteksi Covid-19.