Ads Revenue Sharing Twitter: Tweet Makin Viral, Makin Untung

Cuma pengguna Twitter Blue yang peroleh pendapatan iklan.

Ads Revenue Sharing Twitter: Tweet Makin Viral, Makin Untung
Aplikasi Twitter. (Shutterstock/Sattalat Phukkum)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Twitter mulai membagikan pendapatan iklan kepada kreator sejak Februari 2023. Namun, sampai kapan kebijakan itu akan bertahan? Khususnya saat pendapatan iklan Twitter tergerus sejak Elon Musk mengambil alih.

Beberapa waktu ini, Twitter mulai bagian ads revenue sharing ke kreator Musk menyebut pembayaran awal yang dibagikan kepada para kreator berjumlah US$5 juta. Uang tersebut kemudian dikirimkan melalui Stripe.

Ed Krassenstein, salah satu kreator yang kerap mengomentari Trump, ia dan saudaranya, Brian Krassenstein, masing-masing mengantongi sekitar US$24.000 dari pendapatan iklan kreator.

Ed awalnya berpikir Twitter hanya akan membagikan sekitar US$500 kepada kreator selama 4-5 bulan ini. Namun ternyata bayarannya lebih dari itu. “Sekarang saya akan berhenti mempromosikan border crossings dan mulai mempromosikan kendaraan Tesla,” candanya.

Melansir Cyber News, lewat program pembagian pendapatan iklan, Twitter memungkinkan pengguna Twitter Blue memperoleh pundi-pundi uang dengan menampilkan iklan di kolom balasan cuitannya.

Artinya, semakin banyak orang yang membalas cuitan pengguna Twitter Blue, maka semakin banyak iklan di cuitan tersebut dilihat. Dengan begitu, semakin banyak uang yang akan diterima di kemudian hari.

Syarat memperoleh pendapatan iklan dari Twitter

ilustrasi twitter blue (unsplash.com/twitter blueSara Kurfeß)

Hanya pengguna tertentu yang bisa mengantongi pendapatan iklan. Pertama, mereka harus terdaftar sebagai pengguna bercentang biru alias Twitter Blue. Lalu, akunnya harus mencapai minimal 5 juta impresi di unggahan dalam tiga bulan terakhir. Terakhir, pengguna juga harus menautkan akun Stripe pada akun Twitter.

Di satu sisi, itu bisa mengundang interaksi yang lebih tinggi di platform. Di sisi lain, langkah itu bisa seperti pisau bermata dua. Sebab, pengguna yang mengunggah konten kontroversial umumnya akan menerima lebih banyak interaksi, sehingga potensi pendapatan dari iklannya bisa lebih besar di bawah skema pembagian pendapatan Twitter yang baru.

Mengutip cuitan eks-karyawan Tesla, Farzad Mesbahi, itu berarti “semakin banyak haters di kolom komentar, semakin banyak yang yang Anda hasilkan di Twitter”.

Skema berbagi pendapatan iklan dan risiko

ilustrasi fitur di twitter blue (unsplash.com/Benjamin Dada)

Pendapatan iklan Twitter masih terkoreksi 50 persen. Musk berharap kinerja pada Juli akan lebih baik dari ekspektasi. Beban utangnya juga masih besar. Ditambah lagi, Twitter Spaces pun belum mencetak pendapatan sepeser pun. Di akhir pekan lalu, Musk mengungkap bahwa arus kas perusahaan masih negatif. Padahal, ekspektasi awal pada Maret adalah Twitter yang sudah meraih arus kas positif pada Juni lalu.

“Kita perlu mencapai arus kas positif sebelum mempunyai kemewahan untuk hal lain,” katanya dalam cuitan.

Melansir BBC News, Direktur Investasi JM Finn, Lucy Coutts, butuh waktu lebih lama bagi Musk yang berambisi ‘mengubah’ Twitter. Apalagi, ada utang sebesar US$13 miliar yang harus Twitter bayarkan pada akhir Juli. Menurutnya, saham Tesla akan semakin tertekan bila Musk berakhir memutuskan menjual lebih banyak saham miliknya karena hal itu.

Agaknya, skema berbagi pendapatan dengan kreator itu bertujuan untuk memikat lebih banyak pengguna untuk menjadi kreator bercentang biru. VP Produk Twitter, Keith Coleman bahkan telah menyoroti peluang para jurnalis generasi berikutnya akan mencari pundi-pundi keuntungan di Twitter.

Jika betul demikian, maka PR Musk dan timnya menumpuk. Sebab kini, kreator telah memiliki opsi platform lain seperti Threads, yang telah mencatatkan 100 juta pengguna kurang dari lima hari sejak peluncuran.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya