Jakarta, FORTUNE - Superapp atau aplikasi super bukan lagi istilah yang aneh dewasa ini, mengingat banyaknya platform yang berupaya bertransformasi menjadi salah satunya. Grab, GoTo, Sea merupakan beberapa nama besar di pasar superapp Asia Tenggara. Di tengah sengitnya persaingan, apa yang harus disiapkan oleh ketiganya untuk menyandang gelar ‘pemenang’?
Berkaca dari pasar Tiongkok—yang lebih dulu diramaikan aplikasi super—layanan keuangan segala-bisa dapat menjadi senjata utama bagi platform yang ingin memenangkan pasar Asia Tenggara.
Apa itu Superapp?
Melansir Fortune, konsep superapp lebih dulu terkenal di Tiongkok berkat WeChat milik Tencent dan Alipay yang didukung Ant Group. Lantas, apa itu superapp? Hemat kata, superapp adalah aplikasi bersifat ‘satu untuk semua’ untuk para konsumen dan pedagang. Di dalamnya ada berbagai layanan, dari pertukaran pesan, pembayaran digital, hingga sumber informasi.
Tak lama setelahnya, terjadi ledakan platform teknologi di Asia Tenggara, melahirkan tren serupa dengan Tiongkok. Lihat saja, kini berbagai aplikasi berlomba-lomba menawarkan segudang layanan penyokong kebutuhan harian kepada Anda, bukan? Dari transportasi berbasis panggilan, pemesanan makanan dan belanja harian, konsultasi kesehatan daring, hingga pengelolaan investasi.
Tujuannya sama seperti Tiongkok: memancing terciptanya transaksi melalui aplikasi. Nah, itu akhirnya berujung pada penguatan layanan pembayaran digital.
Dampak Layanan Pembayaran terhadap Superapp
Sebelum bertransformasi menjadi superapp, WeChat dan Alipay merupakan dompet digital. Fondasi kuat layanan mereka pada akhirnya menyatukan berbagai layanan pada bermacam platform hingga melahirkan revolusi pembayaran tanpa uang tunai di Tiongkok.
Beragam faktor mendorong ledakan penggunaan dompet digital di Negeri Tirai Bambu, seperti 90 persen penetrasi internet seluler, akselerasi urbanisasi, hingga masyarakat tradisional yang belum tersentuh layanan perbankan (unbanked).
Kini, jalan menuju arah sebegitu terbuka pula di Asia Tenggara. Berdasarkan data Statista (Agustus 2021), penetrasi internet Asia Tenggara mencapai 69 persen—tertinggi di wilayah Asia Pasifik (APAC). Di urutan kedua ada Asia Timur (66 persen), Oseania (64 persen), dan Asia Selatan (31 persen).
Nantinya, faktor-faktor berikut akan berpengaruh pada perluasan layanan pembayaran digital Asia Tenggara di masa depan.
- Skala Daerah
Berbeda dengan Tiongkok yang hanya terdiri dari satu negara, Asia Tenggara terbentuk dari setidaknya 10 negara dengan bahasa, standar hidup, dan regulasi pasar berbeda.
Grab memiliki keunggulan strategis dengan pijakan kekuatan di enam pasar utama Asia Tenggara. Perusahaan juga tergolong cepat merilis GrabPay (2016). Meski meluncur pada tahun yang sama dengan GrabPay, GoPay lebih bersifat terbatas karena terlalu terkonsentrasi di Indonesia.
Pemain besar lainnya, ShopeePay milik SEA Group, baru memasuki pasar pada 2018 dengan biaya pemasaran agresif dan fokus pada layanan belanja daring. Sama seperti Grab, Sea juga beroperasi di enam negara sehingga lebih berpotensi mencapai skala yang didambakan.
- Frekuensi dan Penjualan Silang
Meski pembayaran digital mulai bertumbuh di Asia Tenggara, uang tunai masih menjadi raja. Total transaksi tanpa uang tunai hanya 17 persen. Di situlah berbagai platform seperti GoTo dan Grab melihat peluang untuk mengubah perilaku konsumen. Keduanya menghubungkan dompet digital ke layanan dengan potensi repurchase tinggi—seperti pengantaran makanan dan pengiriman paket—guna melahirkan kebiasaan baru yang berujung kepercayaan.
Pola itu dapat membuka peluang baru untuk menawarkan layanan lain kepada pengguna, seperti asuransi bagi para mitra pengemudi ataupun perlindungan pengiriman barang bagi konsumen. Karena itu juga Shopee mulai menjajaki bisnis pesan-antar makanan dan GoTo menggabungkan portofolio e-commerce lewat merger Gojek dan Tokopedia.
Akan tetapi, kunci untuk menjadi unggul di dompet digital terletak pada keyakinan pengguna untuk menggunakannya di berbagai platform dan toko luring. Itulah fokus Grab fokus. Sebab, sekitar 40 persen dari TPV (total processing value) diraih di luar platform dan diprediksi akan bertumbuh hingga 60 persen pada 2023.
Masa Depan Dompet Digital Super
Bisa dibilang, persaingan sengit dompet digital Asia Tenggara baru menapaki tahap awal. Seiring berkembangnya lanskap industri, layanan itu akan terus menjadi landasan peluncuran layanan keuangan lain seperti pinjaman, investasi, perbankan digital, dan asuransi.
Grab dan SEA Group telah mengantongi izin perbankan digital di Singapura, sehingga transisi menuju layanan keuangan digital terintegrasi akan lebih terbuka.