Jakarta, FORTUNE - Amazon melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK terhadap 30 karyawan pada unit Buy with Prime di tengah upaya untuk mengurangi biaya.
Jumlah yang terdampak oleh PHK itu kurang dari 5 persen. Sayangnya, Amazon tidak menyebut detail dari jumlah karyawan pada tim tersebut.
"Kami secara teratur meninjau struktur tim dan melakukan penyesuaian berdasarkan kebutuhan bisnis. Setelah peninjauan terbaru, kami telah mengambil keputusan sulit untuk mengurangi sedikit peran di tim Buy with Prime," kata Juru Bicara Amazon dalam keterangannya, dilansir dari CNBC International
Buy with Prime merupakan layanan yang memfasilitasi toko daring menawarkan manfaat seperti pelanggan Prime, yakni pengiriman dua hari. Sejak dirilis pada April 2022, Amazon telah mengembangkan layanan itu dengan menggandeng mitra, termasuk Shopify dan Salesforce.
Rencana Amazon di Buy with Prime ke depannya
Kendati memutuskan memangkas sebagian peran di Buy with Prime, juru bicara perusahaan mengeklaim masih akan menjadikan layanan itu sebagai prioritas utama. Bahkan, ke depannya perusahaan berniat terus berinvestasi berupa sumber daya yang signifikan untuk program tersebut.
Selain itu, sejumlah karyawan yang terdampak akan dialihkan ke unit multichannel fulfillment. Tim itu juga berada di bawah naungan serupa dengan Buy with Prime, dengan pengawasan yang dilakukan oleh Wakil Presiden Amazon, Peter Larsen. Unit ini bertugas membantu para mitra pedagang mengirim dan menyimpan produk menggunakan layanan Amazon.
Perusahaan pun menyatakan bakal membantu karyawan terdampak untuk menemukan posisi baru di tempat lain dalam perusahaan. Selain itu, mereka juga akan tetap menerima gaji dan tunjangan paling tidak selama 60 hari. Begitu juga dengan hak atas pesangon.
Sebagai catatan, ini bukan PHK yang pertama di Amazon. Sejak akhir 2022, Amazon telah memangkas lebih dari 27.000 pekerjaan di seluruh perusahaan dalam gelombang PHK bertahap. Pada 2024 ini, hal itu berlanjut. Minggu lalu, sejumlah staf di tim Prime Video, MGM, Twitch, Audible, dan Amazon Pay menjadi korbannya.
Selain Amazon, perusahaan teknologi lain pun melakukan hal serupa pada awal 2024 ini. Sebut saja Google, Xerox, Unity, dan Discord.