Jakarta, FORTUNE – Raksasa e-commerce Cina, JD.com, memutuskan menutup layanan e-commerce di Indonesia dan Thailand pada Maret 2023. Platform akan mulai berhenti menerima pesanan pada 15 Februari mendatang.
Meski begitu, juru bicara JD.com mengatakan, perusahaan masih akan terus melayani pasar global melalui infrastruktur rantai pasokannya, sehingga beralih ke logistik dan pergudangan sebagai bisnis inti. Ini termasuk pasar Asia Tenggara dan Indonesia.
JD.com adalah induk usaha dari JD.ID. Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.id, Setya Yudha Indraswara telah mengonfirmasi kabar penghentian operasional perusahaan.
Sebelum kabar berhentinya operasional ini, JD.ID telah lebih dulu melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 200 karyawan). Para mitra penjual JD.ID masih bisa merampungkan transaksinya hingga penghujung Maret 2023.
Profil JD.com dan penyebab hengkang dari Indonesia
JD.com merupakan salah satu peritel daring terbesar di negara asalnya, Cina. Perusahaan itu berdiri pada 2004. Pendirinya bernama Richard Liu. Bisnis JD.com mencakup beberapa bidang, seperti e-commerce, logistik, teknologi keuangan, komputasi awan, dan teknologi pintar. JD.com ini salah satu dari 500 perusahaan di daftar Fortune Global 500. Perusahaan telah melayani 588,3 juta konsumen aktif.
Perusahaan teknologi telah menghadapi perlambatan ekonomi akibat pembatasan ketat Covid-19. Yang pada akhirnya membuat perusahaan melakukan efisiensi, termasuk PHK. Tapi, JD.com berkinerja lebih baik dari para pesaing. Pendapatan kuartal ketiganya masih naik 11,4 persen. Kepala eksekutifnya menyebut, itu kuartal terberat kedua sejak melantai di bursa pada 2014.
JD.com memboyong JD.ID ke Indonesia pada 2015, berkongsi dengan Provident Capital. Sementara di Thailand, perusahaan menggandeng Central Group.
Sayangnya, lanskap kompetitif di kedua pasar itu tak mampu membuat JD.com bertahan, seiring dengan semakin ketatnya persaingan dengan pemain lain. Sebut saja Lazada milik Alibaba Group, Shopee milik Sea Ltd, dan Tokopedia milik GoTo Group.
“Platform online tak hanya bersaing satu sama lain, tapi juga operator lokal, usaha kecil yang meningkat karena lebih sederhananya pembayaran, mereka menggunakan media sosial seperti TikTok dan Instagram,” kata Mitra di Asia Group Advisors, Nattabhorn Buamahakul, dikutip dari Reuters.
Di sisi lain, Mitra TechMoat Consulting, Jeffrey Towson menilai JD.com sudah lebih berhati-hati daripada para pesaingnya di Asia Tenggara. Dus, ia yakin pemberhentian operasional e-commerce JD.com tak membuatnya terlalu merugi.
“Kini mereka keluar dari sisi konsumen dan fokus pada pedagang di asia Tenggara, merek, dan infrastruktur logistik yang terhubung dengan konsumen Cina, itu kekuatan mereka,” ujarnya.