Kemenkes Dorong Transformasi Kesehatan Lewat Inovas Teknologii
Inovasi pemenang bisa diikutsertakan dalam SaTUSEHAT.
Jakarta, FORTUNE – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong percepatan transformasi teknologi di sistem kesehatan Indonesia dengan mendorong terciptanya inovasi-inovasi teknologi, melalui perhelatan Health Innovation Day 2023.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan, salah satu jalan mencapai target tersebut adalah melalui penyelenggaraan Health Innovation Sprint Accelerator 2023 maupun Fight for Access Accelerator.
“Semoga berbagai program tersebut dapat terus diselenggarakan di tahun-tahun berikutnya agar transformasi teknologi kesehatan di Indonesia dapat terus terakselerasi hingga menghadirkan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas, adil, dan merata bagi seluruh masyarakat,” ujar Menteri Budi Gunadi lewat pesan video dalam acara Health Innovation Day 2023, Selasa (30/5).
Menueutnya, kolaborasi dan inovasi dibutuhkan dalam membangun ekosistem kesehatan yang mumpuni di Indonesia. “Saya juga ingin mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan dukungan yang diberikan oleh East Ventures, Kedutaan Besar Inggris, serta Reckitt dan Health Innovation Exchange yang telah membantu dan berkontribusi dalam mengembangkan ekosistem industri teknologi kesehatan di Indonesia,” ujarnya.
Implementasi SATUSEHAT
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono, mengatakan bahwa perkembangan industri kesehatan tidak hanya terfokus pada sektor riil atau farmasi, seperti masa lalu. “Pandemi Covid-19 menyadarkan kita akan pentingnya resiliensi yang bertumpu pada teknologi, bila ingin melakukan inovasi yang lebih efisien,” katanya.
Menurut Dante, penyelenggaraan ajang kompetisi inovasi seperti yang diadakan Kemenkes, bisa memunculkan berbagai inovasi yang begitu seksi dan menarik investasi sektor kesehatan. Oleh sebab itu, kompetisi tingkat nasional yang mengikutsertakan sekitar 148 inovasi di sektor teletech maupun biotech, memungkinkan karya anak bangsa bisa terus dikembangkan bahkan dikenal, tidak hanya di dalam negeri, melainkan juga di luar negeri.
“Nanti, (karya inovasi kesehatan yang menang) akan jadi mastermind untuk diimplementasikan di SATUSEHAT. Nanti pak Setiaji (Chief DTO) akan mengimplementasikan beberapa hal yang masuk ke dalam SATUSEHAT. Ada bisnis yang terjadi, tapi kami belum bisa menyampaikan besarannya,” kata Dante.
Dunia yang lebih bersih
Sementara itu, salah satu rekanan yang berkolaborasi dengan Kemenkes, yakni Reckitt Indonesia, menyampaikan bahwa perusahaan sangat berkomitmen pada upaya pemberdayaan perempuan dan peningkatan pelayanan kesehatan, dengan tujuan utama menjadikan dunia menjadi lebih bersih dan sehat.
“Program Fight for Access Accelerator (bersama Kemenkes) tidak hanya mendukung gagasan-gagasan ini, namun juga memberikan gambaran yang menarik bagi ekosistem layanan kesehatan yang lebih baik di Indonesia. Kami percaya bahwa kesehatan adalah hak setiap orang, bukan hak istimewa perseorangan,” kata Direktur Utama Reckitt Indonesia, Harmeet Bhalla.
Fight for Access Accelerator
Fight for Access Accelerator merupakan merupakan program akselerator dan inkubator pertama yang memiliki fokus terhadap pemberdayaan perempuan dan akses pada pelayanan kesehatan melalui perusahaan rintisan yang dipimpin oleh perempuan dengan menyediakan pendanaan tahap awal dan sumber daya yang dapat memfasilitasi perkembangan dari masing-masing start-up terpilih.
Beberapa startup terpilih yang akan bergabung dalam Accelerator Cohort dari Fight for Access Accelerator pertama adalah Neurabot, Pedis Care, Primaku, Little Joy, KITA, Lovecare, dan Riliv. Fight for Access Accelerator di Indonesia turut mengangkat inovasi berbasis akar rumput (grassroots) yang secara signifikan mempromosikan entrepreneurship yang dilakukan oleh perempuan dan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Penilaian didasarkan pada empat kategori penilaian yang paling menonjol (dampak, skalabilitas operasional, inovasi, dan keberlanjutan finansial). Setiap pemenang akan menerima investasi modal hingga US$25.000, di mana mereka akan melalui proses due diligence setelah pelatihan, dalam bentuk obligasi konversi yang akan memberikan mereka pendanaan berkelanjutan (sustainable funding) untuk mendukung pertumbuhan start-up mereka.