Berhasil Mengorbit, SATRIA-1 Berada di Atas Pulau Papua
SATRIA-1 berhasil mengorbit sesuai perencanaan.
Jakarta, FORTUNE - SATRIA-1, yang termasuk satelit terbesar milik Indonesia, telah berhasil memasuki orbitnya di luar angkasa pada Senin, 30 Oktober 2023, setelah diluncurkan empat bulan lalu dari Cape Canaveral Space Force Station, Florida, Amerika Serikat.
Sesuai dengan perencanaan, satelit ini berhasil memasuki orbit geostasioner dan mengorbit pada 146° bujur timur atau berada di atas Pulau Papua dengan ketinggian lebih dari 36.000 kilometer di atas permukaan bumi.
Direktur Utama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), Adi Rahman Adiwoso, menyatakan satelit itu telah berhasil melewati proses electrical orbit raising (EOR) atau pergerakan secara berkala menggunakan sistem pendorongnya untuk menuju orbit yang ditentukan.
“Deployment ketiga antena satelit sebagai salah satu tahapan kritis telah juga telah dilalui dengan baik,” ujar Adi dalam keterangannya yang dikutip Selasa (1/11).
Saat ini uji coba komunikasi akan segera dimulai dan ditargetkan selesai pada akhir November. Kemudian, nantinya akan dilanjutkan dengan uji coba keseluruhan untuk dapat beroperasi penuh pada Desember 2023.
“Ini milestone penting bagi Indonesia karena jaringan SATRIA-1 bisa segera menghadirkan koneksi internet yang menjangkau seluruh Nusantara," kata Adi.
Perlu menjalani tahapan lanjutan sebelum beroperasi
Guna mempercepat pengoperasian satelit pada tahap operasi penuhnya Desember nanti, SATRIA-1 akan menjalani tahapan selanjutnya, yaitu sesi integrasi dan pengujian segmen satelit dan segmen ruas bumi.
Kemudian, SATRIA-1 akan menjalani tahapan in-orbit testing (IOT) pada awal November untuk memeriksa performa satelit terutama untuk subsystem payload. Setelah itu, SATRIA-1 akan menjalani proses integrasi dengan sistem ground dan uji coba end-to-end agar siap beroperasi.
Dalam proyek SATRIA-1, PSN Group melalui PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) menyiapkan 11 stasiun bumi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Seluruh pengujian pada infrastruktur pendukung ruas bumi seperti pengujian stasiun bumi (gateway), jaringan komunikasi, dan lain-lain ini merupakan tahapan penting yang dapat memastikan beroperasinya stasiun bumi dengan baik dan terhubung dengan satelit.
Rangkaian pengujian terkait infrastruktur pendukung ruas bumi telah dilalui dengan hasil baik dan siap untuk mendukung beroperasinya SATRIA-1.
11 stasiun bumi untuk memantau dan mengontrol SATRIA-1
Ada 11 stasiun bumi yang difungsikan untuk memantau sekaligus mengontrol satelit dengan stasiun bumi yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat, sebagai stasiun kontrol satelit utama dan pusat operasi jaringan (Network Operation Center).
Stasiun kontrol satelit cadangan (Back-Up Satellite Control Center) berada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Stasiun bumi lainnya akan difungsikan sebagai gateway antara lain berlokasi di Batam, Pontianak, Tarakan, Manado, Kupang, Ambon, Manokwari, Timika, dan Jayapura.
Adi menambahkan SATRIA-1 adalah satelit dengan teknologi Very High-Throughput Satellite (VHTS) pertama di Indonesia dengan total kapasitas 150 Gbps yang diproyeksikan menjadi satelit yang dapat membantu program transformasi digital di Indonesia.
“Setelah dipastikan semuanya berfungsi dengan baik, satelit SATRIA-1 akan digunakan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (BAKTI Kominfo) untuk memberikan layanan internet bagi daerah-daerah pelosok di seluruh penjuru Indonesia,” kata Adi.