Google Rilis Marketing Tools Bertenaga AI pada Search dan YouTube

- Google meluncurkan alat pemasaran bertenaga AI pada platform Search dan YouTube
- AI tools Google membuka jalan baru bagi pengguna, termasuk Google Lens, AI Overviews, dan AI Mode pada platform Search
- Inovasi produk Google yang bertenaga AI telah memberikan hasil nyata bagi bisnis yang menggunakannya
Jakarta, FORTUNE - Google mengumumkan peluncuran generasi baru perangkat pemasaran yang ditenagai kecerdasan buatan (AI) untuk kawasan Asia Tenggara. Melalui gelaran Google Marketing Live (GML) SEA 2025, inovasi ini diperkenalkan untuk memungkinkan berbagai skala bisnis, mulai dari korporasi besar hingga Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), agar dapat tetap unggul di tengah lanskap digital yang terus berkembang.
Wakil Presiden Google untuk Asia Tenggara dan South Asia Frontier, Sapna Chadha, menyatakan perangkat AI ini mencakup seluruh perjalanan pemasaran.
“Alat AI baru [ini] mencakup seluruh perjalanan pemasaran—mulai dari kreatif hingga kinerja, penemuan brand, dan kapabilitas agentif, serta menunjukkan bagaimana brand di Asia Tenggara telah membuka nilai nyata dengan AI,” ujar Sapna dalam konferensi pers virtual, Rabu (9/7).
Salah satu inovasi utama adalah kehadiran iklan dalam fitur AI Overviews pada Google Search, yang telah digunakan oleh lebih dari 1,5 miliar orang di seluruh dunia. Peluncuran iklan pada fitur ini akan dimulai pada akhir 2025 dalam bahasa Inggris di Filipina, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Menurut Google, AI Overviews telah mendorong pertumbuhan lebih dari 10 persen pada jenis kueri relevan dan meningkatkan volume pencarian komersial pada pasar-pasar utama.
Secara khusus, Google memperkenalkan Asset Studio untuk menjawab kebutuhan startup dan UMKM yang memiliki anggaran iklan terbatas. Perangkat ini memungkinkan mereka menghasilkan materi iklan berkualitas tinggi dengan mudah.
"Ini juga akan membuka personalisasi dalam skala besar. Brand dapat menciptakan ratusan variasi yang disesuaikan dengan berbagai audiens, bahasa, atau momen budaya di seluruh Asia Tenggara," ujar Sapna.
Inovasi lainnya, AI Max for Search, memungkinkan bisnis tampil pada lebih banyak pencarian relevan tanpa harus bergantung pada daftar kata kunci panjang. Perangkat ini menggunakan model Gemini dalam memahami situs web dan iklan, lalu secara otomatis menghasilkan judul paling sesuai dengan apa yang dicari pengguna.
Shopee menjadi salah satu brand yang telah merasakan dampaknya. Setelah uji coba selama lima minggu di Singapura dan Malaysia, hasilnya sangat signifikan.
“Terlihat peningkatan konversi sebesar 100 persen serta pengembalian investasi (ROI) 49 persen lebih tinggi,” katanya.
Pada platform video, Google meluncurkan YouTube Creator Partnerships Hub. Perangkat baru pada Google Ads ini memudahkan brand menemukan dan berkolaborasi dengan kreator YouTube melalui pencarian berbasis AI. \
Pemasar dapat menemukan kreator berdasarkan kata kunci, kategori, atau tren, serta melihat data demografi audiens sebelum menjalin kerja sama. Fitur ini telah tersedia di Singapura dan Indonesia.
Efektivitas iklan bertenaga AI di YouTube dibuktikan oleh studi kasus Estee Lauder yang dijalankan bersama Dentsu APAC. Brand kosmetik tersebut berhasil meningkatkan penjualan hingga 35 persen, menekan biaya per pembelian (cost per purchase) sebanyak 50 persen, dan sukses menjangkau 336 persen pelanggan baru.
Secara umum, platform Google terus menunjukkan pertumbuhan adopsi AI. Google Lens, misalnya, tumbuh 65 persen dari tahun ke tahun secara global. Sementara itu, YouTube di Indonesia juga mencatatkan kinerja konsisten dengan return on investment (ROI) mencapai 4,1 kali lipat.