Berkat Teknologi EPS, Rumah Sakit Ini Tak Runtuh Saat Gempa Turki
Rumah sakit yang dipasang EPS mampu beroperasi normal.
Jakarta, FORTUNE – Gempa dahsyat mengguncang Turki dan Syuriah pada Senin (6/2). Selain menyebabkan kematian lebih dari 23.000 orang, bencana tersebut ikut menghancurkan lebih dari 5.600 bangunan, dan menjadikan wilayah tersebut sebagai kawasan bencana.
Meski demikian, di antara ribuan bangunan yang roboh, terdapat satu rumah sakit yang tetap berdiri tegak, serta beroperasi seperti biasa usai dilanda gempa. Itu berkat teknologi peredam kejut bernama Earthquake Protection Systems (EPS).
CBS News melansir, Sabtu (11/2), EPS merupakan "bantalan pendulum gesekan" raksasa yang disebut isolator seismik. Teknologi itu bekerja dengan cara menempatkan konstruksi besar, seperti bangunan, jembatan, ataupun kilang di atas pelat geser yang mampu menyerap guncangan gempa besar.
Teknologi EPS—yang mungkin telah ikut membantu menyelamatkan lebih banyak nyawa manusia—dibangun oleh sebuah perusahaan yang berbasis di Vallejo, Amerika Serikat.
Pendiri perusahaan itu, Victor Zayas, mengaku perusahaannya telah mengirimkan teknologi peredam kejut EPS ke seluruh dunia sejak 1987, dan telah memasang “beberapa ribu” EPS di Turki.
Menurut Zayas, kala gempa Turki terjadi, sistem tersebut berada di pusat aktivitas seismik di sebuah rumah sakit besar di Adana, Turki. Dia menyebut EPS tetap berfungsi 100 persen setelah gempa berkekuatan 7,8 dan 7,5 skala richter melanda selama sembilan jam.
"Seluruh area hancur," kata Zayas. "Rumah sakit kami adalah rumah sakit terbesar di seluruh area tersebut."
Beroperasi normal
Di wilayah itu, sebenarnya banyak bangunan yang telah dibangun dengan mengikuti aturan yang sanggup menahan kekuatan gempa tertentu. Namun, bangunan-bangunan itu ternyata tidak sanggup menahan getaran gempa tempo hari.
Menurut laporan perusahaan milik Zayas, setidaknya rumah sakit di daerah tanpa isolator seismik runtuh. Dan, lebih dari 30 rumah sakit tetap berdiri tetapi kehilangan semua fungsinya.
Namun, gempa tak berdampak ke rumah sakit yang dilindungi oleh teknologi EPS. Bangunan yang memiliki tinggi 12 lantai itu tetap beroperasi dan segera mampu merawat 3.000 pasien setelah gempa.
Zayas mengeklaim selama bertahun-tahun teknologi perusahannya telah melindungi setidaknya 18 bangunan di seluruh dunia dari gempa bumi, dari Amerika Selatan hingga Selandia Baru.
Menurutnya, salah satu tujuan hidupnya: tidak hanya menjaga bangunan tetap berdiri selama gempa besar, tetapi memungkinkannya untuk tetap beroperasi, terutama bangunan dengan fungsi seperti rumah sakit.
Keselamatan manusia
Tes pertama untuk produk Zayas di Turki terjadi pada 2020 ketika kota Elazig dilanda gempa berkekuatan 6,7. Kota itu kebetulan memiliki tiga rumah sakit yang dilengkapi dengan EPS. Sementara 87 gedung bertingkat runtuh, rumah sakit EPS tetap berdiri dan berfungsi penuh.
Perusahaan milik Zayas memproduksi berbagai teknologi peredam kejut gempa dengan ukuran mulai dari beberapa kaki hingga besar. Di Bay Area, produk-produknya dapat ditemukan ikut menopang Jembatan Benicia-Martinez, Rumah Sakit Umum Zuckerberg San Francisco, Pusat Medis Stanford, Pusat Medis Mills-Peninsula di Burlingame, Katedral Kristus Cahaya di Oakland, Jembatan Dumbarton, dan Apple kampus di Cupertino.
Menurut Zayas, orang tidak saja harus bisa keluar hidup-hidup dari bangunan ketika gempa, tapi bangunan dengan fungsi penting juga harus tetap bertahan dan beroperasi.
"Selama 50 tahun [aturan] bangunan hanya berupaya membatasi keruntuhan struktur hingga kurang dari sepuluh persen," demikian laporan dari EPS. "[Aturan] perlu diperbarui untuk menentukan kriteria yang meminimalkan kerusakan akibat gempa, dan tidak hanya membatasi kerusakan hingga kurang dari sepuluh persen."
Bagi Zayas dan firma tekniknya yang beranggotakan lebih dari 80 orang, ketahanan manusia menjadi dasar operasinya.
"Saya percaya kami telah menyelamatkan banyak nyawa," katanya.