TECH

Disebut Sebagai Pembunuh Ethereum, Apa itu Solana?

Aset bawaan Solana memiliki kode SOL.

Disebut Sebagai Pembunuh Ethereum, Apa itu Solana?Ilustrasi Solana. Shutterstock/rafapress
16 December 2022

Jakarta, FORTUNE – Jaringan blockchain Solana kerap dibesar-besarkan sebagai inovasi pengembangan dari teknologi Ethereum. Bahkan, Solana disebut memiliki lebih banyak keunggulan ketimbang Ethereum.

Seperti halnya Ethereum, Solana merupakan blockchain yang memiliki fitur kontrak pintar serta mendukung pembuatan aplikasi terdensentralisasi (decentralized applications/DApps). Namun, alih-alih hanya memanfaatkan proof-of-stake (PoS)—yang digunakan oleh Ethereum—Solana menggunakan pula proof-of-history (PoH) sebagai algoritme konsensus jaringan.

Dikutip dari laman Pintu, fokus Solana adalah mengembangkan platform blockchain dengan skalabilitas tinggi, aman, dan terdensentralisasi. Itu membuatnya dapat menghasilkan jaringan yang memproses transaksi dengan cepat serta berbiaya murah, dan ekosistem yang mendukung pengembangan aplikasi aset kripto baru.

Solana dikembangkan oleh Anatoly Yakovenko dan Greg Fitzgerald. Mereka sebelumnya bekerja di Qualcomm, perusahaan teknologi yang berbasis di California, Amerika Serikat.

Anatoly memulai proyek Solana pada 2017, dan berhasil mendapatkan US$25 juta dolar melalui Initial Coin Offering (ICO). Lalu, whitepaper resmi Solana dirilis pada Februari 2018, diikuti oleh beberapa fase pengujian hingga akhirnya resmi diluncukan pada Maret 2020.

Solana berada dalam naungan Solana Labs dan Solana Foundation. Solana Labs berfokus pada pengembangan teknologi, termasuk mekanisme PoH. Sedangkan, Solana Foundation adalah organisasi yang berurusan dengan penggalangan dana, pembangunan kerja sama eksternal, dan pengembangan komunitas Solana.

Adapun Solana Coin, dengan kode SOL, merupakan token utilitas Solana. Investor dapat menggunakan aset kripto tersebut untuk berbagai transaksi di platform.

Keunikan Solana

ilustrasi : mata uang kripto
Shutterstock/Wit Olszewski

Jaringan Solana dirancang untuk memproses transaksi yang cepat, berkapasitas besar, dan biaya terjangkau. Hal tersebut dapat terjadi karena Solana menggunakan mekanisme PoH.

Dalam hal ini, Solana berupaya menjawab masalah yang dimiliki mekanisme PoS pada Ethereum, yakni menentukan secara tepat kapan transaksi dilakukan.

Algoritme konsensus proof-of-history ini mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan menciptakan mekanisme yang dapat memberikan catatan waktu (timestamp) ketika sebuah transaksi masuk ke jaringan.

Proses ini kurang lebih sama dengan ketika seseorang memesan makanan lewat layanan pesan antar. Dalam praktiknya, pesanan seseorang akan diberikan catatan waktu untuk memastikan kalau semua makanan diproses dengan urutan tepat.

Jadi, dengan mekanisme PoH, transaksi dapat membuat riwayat catatan yang membuktikan bahwa suatu peristiwa terjadi selama waktu tertentu, demikian laman Coinvestasi.

Namun, pengembangan blockchain Solana turut memiliki kelemahan. Pasalnya, jaringan tersebut rentan dengan serangan denial-of-service attack (DoS).

Kasus penggunaan Solana

NFT adalah karya seni digital
ilustrasi NFT (Unsplsah.com/Andrey Metelev)

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.