Laporan Ericsson: Jumlah Pengguna Jaringan 5G Tembus 1 Miliar
Pada 2027, pelanggan 5G diperkirakan tembus 5 Miliar.
Jakarta, FORTUNE – Teknologi jaringan terbaru 5G pada tahun ini diperkirakan akan mencapai 1 miliar pengguna, demikian laporan terbaru Ericsson. Riset dari perusahaan telekomunikasi asal Swedia itu menyebut 5G termasuk generasi teknologi seluler yang tumbuh paling cepat ketimbang sebelumnya.
Dalam Ericsson Mobility Report June 2022, seperempat populasi dunia memiliki akses ke jaringan 5G. Bahkan, sepanjang kuartal pertama tahun ini saja, terjadi penambahan 70 juta langganan 5G menjadi total 620 juta langganan.
Sebagai perbandingan, penambahan jumlah pelanggan 5G mencapai 1 miliar tersebut lebih cepat dua tahun ketimbang jaringan 4G dengan angka pelanggan yang sama. Teknologi 4G sendiri baru diluncurkan sepuluh tahun lalu.
“5G sebagai generasi teknologi seluler dengan pertumbuhan tercepat yang pernah ada, dan Ericsson memainkan peran kunci dalam mewujudkannya,” kata Fredrik Jejdling, Wakil Presiden Eksekutif dan Kepala Jaringan, Ericsson, dalam rilis resmi, dikutip Rabu (22/6). Ericsson, bersama dengan Huawei dari Cina dan Nokia dari Finlandia merupakan perusahaan pemasok perangkat seluler terkemuka, termasuk jaringan 5G, menurut Reuters.
Di sisi lain, jaringan 5G atau generasi kelima memungkinkan kecepatan internet yang jauh lebih tinggi ketimbang sebelumnya. Teknologi ini menawarkan keunggulan seperti menghubungkan mesin dengan cara yang dapat mengaktifkan fitur futuristik seperti mengemudi secara otonom.
Ericsson secara umum memperkirakan 60 persen lalu lintas data jaringan global pada 2027 akan terjadi melalui jaringan 5G. Jumlah pelanggan 5G lima tahun mendatang diperkirakan mencapai 5 miliar.
Adopsi 5G
Pertumbuhan jumlah pelanggan 5G itu terjadi terutama berkat adopsi yang lebih tinggi di sejumlah wilayah. Sebagai misal, Cina tahun lalu menambahkan sekitar 270 juta pengguna 5G, sedangkan Amerika Utara menambahkan 65 juta pelanggan. India, yang sedang dalam proses melelang jaringan 5G, ditaksir akan menambahkan sekitar 30 juta pelanggan tahun ini.
“Penyebaran jaringan 5G standalone meningkat di banyak wilayah karena penyedia layanan komunikasi bersiap untuk inovasi guna mengatasi peluang bisnis di luar peningkatan broadband seluler. Infrastruktur jaringan digital yang solid menopang rencana transformasi digital perusahaan, dan kemampuan baru mereka dapat diubah menjadi layanan pelanggan baru,” kata Peter Jonsson, Editor Eksekutif Ericsson Mobility Report.
Amerika Utara diperkirakan kembali akan memimpin dunia dalam penetrasi langganan 5G. Setelahnya, diikuti Eropa Barat, wilayah Gulf Cooperation Council (Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan lain-lain), dan Asia Timur (Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, dan Tiongkok).
Sementara itu, di kawasan Asia Tenggara dan Oseania, langganan seluler 5G diperkirakan akan tumbuh mencapai 570 juta pada 2027. Saat ini, ada sekitar 15 jaringan seluler 5G komersial di kawasan ini, termasuk Australia, Singapura, Selandia Baru, Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Pemerintah Indonesia, Jumat (10/6), menyatakan bakal meluncurkan pita frekuensi rendah 700MHz untuk layanan 5G pada akhir 2022 atau awal 2023 sebagai tindak lanjut atas peluncuran layanan komersial 5G pada 2021.
Pemerintah juga sedang melakukan proses reframing dan reassignment 5G pada pita frekuensi sedang (3,5GHz), yang rencananya akan mengudara pada 2023. Sementara itu, putusan pemakaian pita frekuensi 5GHz dan 4,9GHz untuk IMT 5G akan diambil pasca gelaran WRC-23. Nantinya, infrastruktur telekomunikasi tersebut akan memainkan peran penting dalam ekosistem ekonomi digital di Indonesia.