Pasar Ponsel Indonesia Rontok pada 2022, Pertama Kali dalam 13 Tahun
Tahun lalu Oppo menjadi raja ponsel pintar di Indonesia.
Jakarta, FORTUNE – Setelah 13 tahun tumbuh positif, pasar ponsel Indonesia untuk pertama kalinya mengalami koreksi tajam pada 2022. International Data Corporation (IDC) mencatat jumlah pengiriman smartphone di Indonesia sepanjang tahun lalu turun 14,3 persen menjadi hanya 35 juta unit.
Firma riset tersebut menyebutkan penurunan pada kuartal IV-2022 bahkan mencapai 17,6 persen secara tahunan (yoy) menjadi 8,5 juta unit.
IDC menggarisbawahi sejumlah faktor yang menyusutkan pasar ponsel Indonesia itu. Pada semester pertama tahun lalu, misalnya, pasar mengalami hambatan pada rantai pasokan, lalu pada paruh kedua 2022 penurunan terjadi karena daya beli konsumen melemah.
“Faktor ekonomi seperti inflasi berdampak signifikan terhadap daya beli konsumen, terutama di kalangan masyarakat berpendapatan rendah yang lebih mengutamakan barang-barang kebutuhan pokok,” kata Associate Market Analyst IDC Indonesia, Vanessa Aurelia, dalam rilis pers yang dikutip Jumat (17/2).
Buktinya terlihat pada ponsel pada kisaran harga di bawah Rp3 juta yang terkoreksi 19,8 persen. Padahal, kontribusi segmen tersebut terhadap pasar ponsel secara keseluruhan mencapai 74 persen.
Smartphone pada kisaran harga Rp3 juta–9 juta serta di atas Rp9 juta masing-masing tumbuh 3,6 persen dan 36,9 persen.
Penurunan juga disebabkan oleh masyarakat yang mulai kembali mengatur pengeluarannya, terutama untuk perjalanan.
Proyeksi 2023
Menurut laporan IDC, Oppo menjadi penguasa pasar ponsel di Indonesia pada 2022 dengan mengamankan 22,4 persen pangsa pasar.
Sementara itu, Samsung mesti puas pada posisi kedua dengan market share sekitar 21,7 persen, diikuti vivo dengan pangsa pasar 17,9 persen, Xiaomi 14,2 persen, dan realme 11,8 persen.
Tahun ini pasar ponsel diperkirakan akan tetap lesu, atau paling banter mengalami pertumbuhan rendah satu digit, menurut IDC. Sebab, industri smartphone masih menghadapi tantangan, yakni inflasi, pergerakan nilai tukar, ketegangan geopolitik, dan kebijakan moneter.
"Konsumen akan lebih memperhatikan pengeluarannya dan perusahaan akan lebih berhati-hati dalam menyusun strategi sambil mengatur ulang pendekatan mereka ke pasar,” ujar Vanessa.
Menurutnya, segmen ponsel pintar kelas akan cenderung tetap melemah. Sebab, konsumen kelas ini masih akan memprioritaskan dananya untuk keperluan lain.
Namun, IDC menaksir smatphone pada segmen premium akan lebih baik. Pasalnya, konsumen kelas tersebut memburu ponsel dengan spesifikasi dan daya tahan lebih baik.
Pada saat yang sama, pabrikan smartphone meningkatkan portofolio produknya ke harga lebih tinggi.