Jakarta, FORTUNE – Indonesia termasuk negara yang memiliki pertumbuhan industri blockchain yang positif, terlebih bila ditengok dari kondisi para pekerjanya. Dengan kondisi industri yang tengah berkembang pesat, kebutuhan akan tenaga kerja berbakat masih terbuka lebar.
Dalam laporan LinkedIn dan bursa kripto OKX bertajuk “2022 Global Blockchain Talent Report”, pekerja industri blockchain secara global telah meningkat 76 persen ketimbang tahun lalu. Indonesia menduduki peringkat kedelapan yang memiliki pertumbuhan positif tersebut.
Menurut laporan, tingkat pertumbuhan pekerja blockchain Indonesia 43 persen, tepat berada di bawah Bulgaria (52 persen), serta di atas Polandia (24 persen) dan bahkan Cina (12 persen).
Menanggapi laporan tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan Harmanda, menyatakan pertumbuhan terjadi meski pasar tengah memasuki fase penurunan dalam jangka berkepanjangan atau crypto winter.
"Dalam situasi industri blockchain di Indonesia saat ini, sedang terjadi bottle neck, dengan pertumbuhan bisnis sangat pesat, tapi ketersedian talenta yang terbatas. Banyak startup blockchain dalam negeri yang berlomba-lomba untuk mencari talenta terbaik. Di sisi lain, menemukan bakat blockchain itu sulit," kata Harmanda, dalam keterangan kepada media, dikutip Senin (22/8).
Ketersediaan talenta
Blockchain tergolong teknologi paling berkembang di dunia saat ini, menurut Harmanda. Akan tetapi, sulit untuk menemukan bakat tepat dengan keterampilan penguasaan atas tools dan regulasi baru dalam blockchain. Pasalnya, blockchain dan aset kripto jelas merupakan industri yang rumit serta menghendaki keahlian khusus.
“Kami di asosiasi melihat siapa pun bisa memiliki kesempatan bekerja di industri ini. Artinya dia harus memiliki kemauan dan inovatif untuk mengimbangi perkembangan industri yang tumbuh pesat," kata Harmanda.
COO Tokocrypto itu menyebut salah satu posisi yang menjanjikan di industri ini adalah blockchain developer. Pun begitu, ada sejumlah keterampilan yang secara umum mesti dipahami oleh calon pekerja blockchain, di antaranya pemahaman tentang teknologi blockchain itu sendiri, kriptografi, dan kontrak pintar (smart contract).
Calon pekerja itu mesti memiliki kemauan kuat untuk belajar serta keterbukaan untuk beradaptasi.
Demi menyiasati kekurangan pekerja blockchain, Harmanda mengatakan tak sedikit perusahaan yang mulai menggelar program khusus, seperti internship maupun bootcamp.