Sandiaga Uno: Potensi Metaverse di RI Besar, Tapi Perlu Hati-Hati
Metaverse ditaksir bisa berkontribusi 3% ke ekonomi dunia.
Jakarta, FORTUNE – Pemerintah Indonesia kembali menyerukan ihwal potensi metaverse dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian. Kali ini, giliran Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, yang menyebut peluang metaverse di dalam negeri cukup besar, namun mesti dikelola secara hati-hati.
Dalam ajang Asia Tech Singapore (ATxSG) 2022 di Ritz Carlton Singapura, Selasa (31/5), Sandiaga menyampaikan sejumlah isu mengenai ekonomi digital Indonesia, termasuk potensi metaverse domestik. Menurutnya, prospek ini muncul beriring jumlah talenta digital Indonesia yang mencapai 600 ribu orang per tahun.
Tak hanya itu, terdapat peluang 30 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan kontribusi ekonomi yang bisa mencapai US$150 miliar atau lebih dari Rp2.175 triliun.
“Indonesia memiliki potensi luar biasa dan ini jadi peluang usaha kita untuk bisa meningkatkan aktivitas pembiayaan dan usaha sehingga bisa membuka lapangan kerja baru dan salah satunya di space metaverse ini,” kata Sandiaga, dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (2/6).
Metaverse merupakan teknologi yang di dalamnya terdapat virtual reality (VR), augmented reality (AR), dan video. Metaverse bisa berupa konser, konferensi hingga perjalanan virtual keliling dunia, dan sebagainya. Akan tetapi, untuk masuk ke dalam di dunia virtual tanpa batas ini, headset kacamata AR menjadi perantaranya.
Inovasi
Kemenparekraf pun tengah menjajaki penciptaan metaverse, kata Sandiaga. Saat ini, Wondervese Indonesia untuk 5 destinasi superprioritas tengah dikembangkan, dan masih dalam tahapan beta.
“Diharapkan dalam waktu tiga bulan ke depan bisa rampung dan diluncurkan hingga terpetakan dalam situs metaverse,” ujarnya.
Menurutnya, tak sedikit negara-negara dunia yang melirik Indonesia karena aspek inovasi, termasuk cepat beradaptasi serta kemampuan berkolaborasi.
Meski metaverse menyimpan potensi besar, menurut Sandiaga. masyarakat perlu berhati-hati dalam menyikapi euforia dari teknologi tersebut. Dia berpendapat prospeknya mesti dinilai dengan cermat terutama dalam urusan dampak ke kesejahteraan masyarakat dan peluang penciptaan lapangan kerja.
Dorongan terhadap metaverse
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, menyebut Indonesia tak ketinggalan dalam perkembangan teknologi terbaru, khususnya metaverse. Pemerintah pun mendorong pemanfaatan metaverse termasuk di sektor swasta.
“Pada 2026 mendatang, diprediksi bahwa seperempat penduduk dunia akan menghabiskan paling tidak satu jam per hari di metaverse. Hal tersebut didorong oleh pesatnya pengadopsian teknologi metaverse baik di tingkat global, regional, dan juga nasional,” kata Johnny, Jumat (20/5).
Menurutnya, Indonesia tergolong responsif dalam mengembangkan ekosistem metaverse. Sejumlah pihak, termasuk sektor swasta, tengah menjajaki teknologi tersebut. Sebagai misal, PT Wir Asia Tbk atau Wir Group yang bekerja sama dengan Meta, perusahaan induk dari platform media sosial Facebook dan Instagram.
Berdasarkan riset dari The Analysis Group, metaverse pada 2031 akan memiliki kontribusi terhadap perekonomian global mencapai US$3,01 triliun. Kajian yang bertajuk The Potential Global Economic Impact of Metaverse ini menyebut angka itu setara dengan 2,8 persen dari pertumbuhan ekonomi dunia.
Sementara, Citibank memperkirakan metaverse punya potensi nilai US$13 triliun dengan 5 miliar pengguna pada 2030. Sedangkan, Goldman Sachs dan Morgan Stanley sama-sama percaya bahwa metaverse berpotensi bernilai $8 triliun.