Startup Biofarmasi Etana Raih Dana Segar dari DEG & East Ventures
Etana berfokus pada produksi platform mRNA.
Jakarta, FORTUNE – PT Etana Biotechnologies Indonesia berhasil menerima putaraan pendanaan terbaru yang dipimpin oleh DEG, serta diikuti oleh Yunfeng Capital, Highlight Capital, dan East Ventures. Namun, perusahaan rintisan biofarmasi asal Indonesia tersebut tidak menyebutkan nominal pendanaan yang diterimanya.
“Kami akan menggunakan dukungan ini untuk mengembangkan kemampuan produksi biofarmasi lokal sejalan dengan kebijakan pemerintah,” kata Presiden Direktur Etana, Nathan Tirtana, dalam rilis pers yang dikutip Selasa (21/3).
Didirikan pada 2014, Etana merupakan perusahaan biofarmasi yang meneliti, memproduksi, dan memasarkan terapi biologis untuk pasar Asia Tenggara. Perusahaan tersebut mengaku telah membangun fasilitas produksi lokal mutakhir yang memenuhi standar FDA internasional dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia.
Menurut Nathan, pendanaan ini akan digunakan untuk lebih memperkuat pipeline dan portofolio perusahaan dalam bidang onkologi demi menjadi produsen bahan baku obat biologi.
Pada saat bersamaan, Etana berkomitmen untuk membangun kapasitas produksi dengan kandungan lokal dan teknologi tinggi untuk mammalian cell sebagai bahan obat monoclonal antibodies.
Solusi kesehatan
Etana menyatakan diri sebagai perusahaan farmasi pertama di Asia Tenggara yang memiliki teknologi mRNA, yakni platform pengembangan vaksin yang fleksibel. Teknologi tersebut dikatakan dapat cepat merespons kebutuhan akan produk biofarmasi yang inovatif dan fleksibel untuk penyakit kanker, vaksin, dan lainnya.
Menurut Nathan, pengembangan vaksin baru dengan teknologi mRNA hanya membutuhkan waktu singkat, yaitu kurang lebih dua bulan. Setelahnya, produk vaksin tersebut dikembangkan dan siap masuk ke fase uji klinik.
Soal implementasi teknologi mRNA ini, perusahaan tersebut telah menghasilkan vaksin Covid-19 yang telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM), ketetapan halal dari LPOM Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan sertifikat halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama.
Etana juga akan memproduksi bevacizumab biosimilar serta Erythropoietin (EPO) yang dibutuhkan dalam pengobatan dialisis. “Selanjutnya, perusahaan berencana mengembangkan platform adenovirus untuk produksi vaksin. Produksi tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan rencananya akan diekspor ke pasar Asia Tenggara dan beberapa negara lainnya,” kata Nathan.
Anggota Dewan Manajemen DEG, Monica Beck, menyatakan kerja sama tersebut dapat memungkinkan perusahaan itu untuk berupaya menolong masyarakat di negara berkembang dalam mendapatkan kemudahan akses terhadap obat-obatan biologi dan vaksin MRNA berkualitas tinggi.
Sementara, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, Wilson Cuaca, menyatakan berbagai produk inovatif Etana, termasuk vaksin, obat kanker, dan produk biologis lainnya, telah berkontribusi dalam memperkuat ketahanan sistem kesehatan nasional.
“Kami yakin Etana unggul dalam menghadirkan produk biofarmasi berkualitas tinggi, terjangkau, dan inovatif di Asia Tenggara,” kata Wilson.