Mengungkap Kekuatan AI dalam Industri Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Jakarta, FORTUNE - Dari lapangan hingga layar, kecerdasan buatan (AI) kini menjadi motor penggerak di balik transformasi besar dalam dunia olahraga. Di tengah evolusi digital yang terus berkembang, AI bukan lagi sekadar alat bantu, melainkan kekuatan strategis yang mengubah cara atlet berlatih, penggemar menikmati pertandingan, dan pelaku industri mengambil keputusan.
Inti dari perubahan ini terletak pada kemampuan AI dalam memproses data dalam jumlah masif dan menghasilkan analisis presisi yang tak mungkin dicapai secara manual. Merangkum laman netguru, AI bisa diterapkan dalam berbagai hal untuk mendukung olahraga. Bagi atlet, AI menghadirkan pelatihan yang dipersonalisasi, pengawasan kesehatan secara real-time, serta pendekatan proaktif dalam mencegah cedera. Analisis performa yang mendalam kini menjadi standar dalam merancang strategi permainan dan pemulihan atletik.
Sementara itu, para penggemar merasakan manfaat AI dalam bentuk pengalaman menonton yang semakin imersif. Melalui konten yang disesuaikan dengan preferensi pribadi, realitas virtual, dan platform interaktif berbasis AI, hubungan antara penonton dan tim favorit menjadi lebih dekat dan personal. Bahkan, teknologi pengenalan wajah kini digunakan untuk menyambut penonton di stadion secara individual, memberi warna baru dalam keterlibatan penggemar.
AI juga memainkan peran penting dalam menciptakan ekosistem olahraga yang lebih adil dan aman. Dengan algoritma prediktif, risiko cedera dapat diidentifikasi sebelum terjadi, sementara teknologi wasit berbasis AI membantu meningkatkan akurasi keputusan pertandingan. Meskipun sempat ditentang karena dianggap mengurangi sentuhan manusia, teknologi ini kian diterima karena terbukti membawa keadilan dan transparansi dalam permainan.
Tak hanya itu, AI juga memperluas dampaknya ke luar arena, merambah ranah jurnalisme dan iklan olahraga. Pembuatan laporan pertandingan kini bisa dilakukan secara otomatis dari video pertandingan, sedangkan kampanye iklan dapat ditargetkan secara lebih presisi berdasarkan perilaku dan minat penggemar.
Transformasi semacam ini sudah nyata terjadi di Indonesia. Aplikasi Fita, misalnya, menghadirkan pelacak gerakan berbasis AI yang mampu mengoreksi postur pengguna secara langsung tanpa kehadiran pelatih. Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (ISTTS) juga mengembangkan aplikasi Sport With AI untuk menganalisis teknik dan kekuatan atlet pelajar melalui sensor dari tiga ponsel pintar. Di level akademik, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sudah menggunakan AI dan kamera untuk menganalisis biomekanika gerakan atlet. Bahkan, CEO NVIDIA, Jensen Huang, mendorong penggunaan AI untuk analisis taktik di sepak bola Indonesia menjelang Kualifikasi Piala Dunia 2025.
Namun, manfaat besar AI dalam olahraga tidak akan terealisasi tanpa kesiapan industri dalam mengadopsinya secara sistematis. Hal inilah yang disadari oleh Ten Toes, agensi pemasaran olahraga asal Inggris. Melansir Sports Pro, dalam program AI Week, Ten Toes menunjukkan bagaimana AI diintegrasikan ke dalam seluruh aspek kerja mereka—dari pengembangan strategi, kreasi konten, hingga eksplorasi peluang komersial.
“AI bukan lagi hal yang akan datang. AI sudah hadir di sini. Dan kami memastikan kami siap menghadapinya,” ujar Ben Weisfeld, Founder dan CEO Ten Toes.
Akankah AI merevolusi industri olahraga?
Bagi Weisfeld, AI bukan sekadar alat tambahan, tapi merupakan bagian inti dari cara kerja baru. Dalam AI Week, tim Ten Toes diberikan tantangan nyata: merancang peluncuran NASCAR di Eropa, lengkap dengan strategi pasar di Paris, London, Stockholm, dan Roma. Tanpa pengalaman langsung terhadap NASCAR, tim harus bergantung sepenuhnya pada AI untuk riset, pengembangan ide, pembuatan konten visual dan musik, hingga pembuatan prototipe. Semua itu dilakukan dengan dukungan alat seperti ChatGPT, Claude, Midjourney, Veo 3, Suno, dan Perplexity.
Yang menarik, keberhasilan AI Week tidak hanya diukur dari hasil kerja yang dihasilkan, tetapi dari perubahan pola pikir tim terhadap AI itu sendiri. “Jarang sekali kita diajari sesuatu yang begitu praktis dan langsung membuat kita lebih baik dalam pekerjaan. Tapi saya sudah bisa melihat betapa berharganya beberapa hari terakhir ini,” kata salah satu pemimpin di Ten Toes melalui pesan kepada Weisfeld.
Ten Toes juga meluncurkan proyek internal berupa alat AI untuk memahami insight penggemar, yang kini mulai digunakan dalam berbagai akun besar menjelang Piala Dunia FIFA 2026. Ini menunjukkan bahwa AI dapat menjadi ujung tombak dalam membangun strategi pemasaran olahraga berbasis data dan empati.
Namun, di tengah pesatnya adopsi AI, tantangan etik muncul ke permukaan. Kekhawatiran terhadap privasi data atlet, bias algoritma, dan ketimpangan akses teknologi menjadi sorotan. Oleh karena itu, regulasi dan tata kelola yang etis sangat dibutuhkan agar teknologi ini benar-benar memberikan manfaat yang inklusif dan adil.
Kombinasi antara AI dan teknologi lain seperti Internet of Things (IoT) juga membuka jalan baru dalam pengembangan olahraga. Dari pelatihan berbasis data, pencegahan cedera yang presisi, hingga personalisasi pengalaman menonton pertandingan—semua dipacu oleh sinergi lintas teknologi yang saling melengkapi.
Di Indonesia, potensi besar masih terbuka lebar. Dari pelatih otomatis berbasis video, analisis pertandingan dengan computer vision, hingga aplikasi taktis untuk tim profesional, jalan menuju adopsi AI di dunia olahraga baru saja dimulai. Untuk itu, kolaborasi antara akademisi, pelaku industri, dan pembuat kebijakan sangat dibutuhkan agar pengembangan AI benar-benar berdampak nyata.
AI telah mengubah wajah olahraga secara menyeluruh—dari dalam arena hingga ke ruang digital penggemar. Dengan pengembangan berkelanjutan dan pendekatan yang etis, teknologi ini akan terus menjadi pendorong inovasi yang membawa industri olahraga menuju era yang lebih cerdas, efisien, dan manusiawi.