Pasar Agentic AI Diprediksi Capai US$41 Miliar pada 2030, Jadi Masa Depan Otomatisasi Bisnis

Jakarta, FORTUNE – Teknologi kecerdasan buatan terus berkembang pesat. Setelah generative AI (GenAI) menjadi tren dalam dua tahun terakhir, kini hadir pendekatan yang lebih canggih dan otonom: Agentic AI. Teknologi ini diprediksi menjadi fondasi baru dalam otomasi dan pengambilan keputusan di berbagai sektor, termasuk keuangan, ritel, kesehatan, hingga sumber daya manusia.
Menurut laporan Mordor Intelligence, pasar global Agentic AI diperkirakan tumbuh dari US$7,28 miliar pada 2025 menjadi US$41,32 miliar pada 2030. Pada 2024, teknologi ini baru diimplementasikan kurang dari 1 persen perusahaan secara global, namun diperkirakan akan diadopsi oleh hampir sepertiga perusahaan pada 2028.
Konsep Agentic AI dijelaskan sebagai sistem berbasis AI yang tidak hanya responsif seperti GenAI, tetapi juga proaktif, kolaboratif, adaptif terhadap lingkungan, dan mampu bekerja secara otonom.
“Agentic AI membawa paradigma baru dalam proses otomatisasi dan pengambilan keputusan berbasis AI, yang sangat relevan bagi bisnis modern yang membutuhkan kecepatan, efisiensi, adaptabilitas tinggi, dan mengedepankan pengalaman pelanggan,” ujar Jip Ivan Sutanto, Director Enterprise Application Services Business di Multipolar Technology, dalam seminar Unlocking the Power of Agentic AI in Business & Beyond yang digelar PT Multipolar Technology Tbk, dalam siaran pers (23/6).
Dia menambakan, jika GenAI bisa menghasilkan konten baru, Agentic AI lebih dari itu, yaitu mampu mengambil keputusan sesuai data dan tujuan yang ditetapkan. Berbeda dari AI konvensional, Agentic AI dapat memecah tugas besar menjadi tugas-tugas kecil yang lebih spesifik, lalu mengeksekusinya secara mandiri. Kemampuan ini memungkinkan bisnis mengambil keputusan secara cepat dan akurat tanpa intervensi manual.
Potensi penerapan di berbagai sektor
Teknologi ini berpotensi diterapkan luas di sektor keuangan, sumber daya manusia, dan layanan pelanggan. Andrew, Head of Big Data Multipolar Technology, mencontohkan beberapa penerapan langsung.
“Di dunia keuangan, dengan Agentic AI, perusahaan dapat mengetahui tren dan pola big data yang ada, lalu mendeteksi anomali dan memperoleh kesimpulan untuk ditindaklanjuti. Di bidang human resources, seorang karyawan bisa menanyakan berapa sisa cuti yang dimiliki, lantas mengajukan pengambilan cuti secara otomatis,” ujarnya.
Survei global yang dilakukan Cloudera dan dirilis pada Mei 2025 menguatkan potensi pemanfaatan teknologi Agentic AI di berbagai sektor industri. Survei ini melibatkan 1.484 pemimpin teknologi informasi perusahaan di 14 negara untuk memahami pendekatan mereka terhadap implementasi AI agen pada 2025, termasuk strategi tiap industri dalam menerapkan teknologi tersebut.
Hasil survei menunjukkan bahwa sektor-sektor yang sangat teregulasi, seperti keuangan dan kesehatan, memanfaatkan Agentic AI untuk memperkuat postur keamanan siber dan melindungi data sensitif, baik berupa informasi transaksi maupun rekam medis pasien. Hampir dua per tiga responden (63 persen) menyatakan berniat menggunakan Agentic AI untuk pemantauan keamanan.
Sementara itu, industri ritel dan telekomunikasi lebih fokus menggunakan Agentic AI untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, dengan sekitar 50 persenorganisasi di sektor ini telah menerapkan agen AI untuk dukungan layanan pelanggan.
Agar bisa diskalakan sesuai kebutuhan, sistem Agentic AI memerlukan platform yang mendukung eksekusi cepat dan aman. Teknologi seperti Cloudera Agent Studio memungkinkan penciptaan AI agents yang dapat menganalisis dan bertindak layaknya agen manusia. Sistem ini dijalankan di atas platform kontainer Red Hat OpenShift, yang mendukung arsitektur hybrid-cloud dan memberi kendali keamanan penuh.
Khusus di Indonesia, adopsi Agentic AI dipandang semakin mendesak seiring meningkatnya tekanan kompetisi dan percepatan digitalisasi bisnis. Meski belum banyak perusahaan yang mengimplementasikannya, kecenderungan global dan manfaat langsung yang ditawarkan membuat teknologi ini diproyeksikan menjadi elemen penting dalam transformasi digital korporasi.