Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Wawancara Co-Founder Canva, Cameron Adams: AI Bikin R&D Sangat Sibuk

Co-Founder dan Direktur Produk Canva, Cameron Adams.jpg
Canva. Co-Founder dan Direktur Produk Canva, Cameron Adams
Intinya sih...
  • Fitur dikembangkan berdasarkan masukan pengguna, menciptakan feedback loop yang menyenangkan bagi mereka.
  • AI memungkinkan Canva untuk mempertahankan kualitas produk sambil menyajikan sesuatu yang berguna bagi pengguna.
  • Konten dan strategi pemasaran disesuaikan dengan pasar target.

Canva adalah pemimpin dalam urusan alat komunikasi visual tahun lalu dengan lebih dari 220 juta pengguna aktif bulanan di seluruh dunia. Platform ini memperluas tawaran ke rekomendasi desain oleh AI, dan rangkaian fitur-fitur mumpuni untuk bisnis dan enterprise. Fortune Indonesia berbicara dengan salah satu pendiri Canva, sekaligus sang direktur produk perusahaan, Cameron Adams, mengenai hal-ihwal produknya. Wawancara ini telah disunting demi kejelasan dan kejernihan, dan versi lengkapnya dapat dilihat pada majalah Fortune Indonesia edisi Januari 2025.

Bagaimana Anda memprioritaskan fitur yang bakal dikembangkan?

Kami mendapat begitu banyak masukan dari para pengguna. Kami menyebutnya, closing the loop. Mereka menyampaikan keinginannya, lalu kami bikin apa yang mereka mau, kemudian kami beri mereka informasi, dan kami perbarui produk berdasar atas masukan mereka. Proses tersebut sangat efektif, karena kami beroleh banyak ide dari komunitas pengguna. Karena mereka tahu bahwa produk kami mendapatkan pembaruan berdasar atas masukan dari mereka, maka terjadi semacam feedback loop menyenangkan bagi mereka.

Tentu saja kami memiliki rencana kerja strategis sangat panjang atas produk-produk kami, yang pada gilirannya [rencana-rencana itu juga] kami eksekusi. Jadi, kami punya visi tentang bagaimana masa depan komunikasi visual nantinya.

Saat ini mungkin belum ada permintaannya. Namun, sebagai bagian dari inovasi, permintaan itu akan tumbuh pada satu tahun, lima tahun, atau 10 tahun mendatang.

Kuncinya adalah selalu bisa mewujudkan berbagai keseimbangan ketika kami memikirkan suatu rencana kerja atas produk dan eksekusinya.

Apa tantangan ketika memperkenalkan fitur baru?

Bergantung pada jenis fiturnya. Pada era AI ini, departemen riset dan pengembangan sangatlah sibuk. Ada banyak model keluar, untuk teks, gambar, hingga video. Dan, itu terjadi dengan sangat cepat.

Salah satu tantangannya adalah bagaimana menjaga produk dengan kualitas jempolan, dan tetap berada pada level itu sembari menyodorkan sesuatu yang berguna pada pengguna kami. Sebab, hanya menghubungkan pengguna secara langsung dengan teknologi terbaru takkan menghasilkan produk luar biasa.

Kita harus berpikir tentang pengalaman pengguna, dan apa yang mereka upayakan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Kami harus menghasilkan produk yang cocok bagi kepentingan tersebut secara holistik, dan itu bisa digapai dengan melebur teknologi, pengalaman, dan kebutuhan bisnis menjadi satu. Apalagi, kami kini punya lebih dari 220 juta pengguna. Spektrum pemakainya luas sekali, karena mereka juga berasal dari negara dan profesi berbeda. Dari guru dan murid, hingga CEO.

Tidak mudah memenuhi kebutuhan audiens yang beragam. Kami melakukannya dengan memprioritaskan fitur-fitur produk yang paling banyak memiliki cakupan, sehingga ketika menyasar audiens pemakai terbanyak, kami akan mengarahkan fokus ke situ.

Apa saja strategi untuk memasuki pasar-pasar baru?

Dalam urusan strategi, konten yang mewakili pasar tertentu menjadi sangat penting. Di Indonesia, misalnya, konten yang ditawarkan juga mesti merepresentasikan pasarnya.

Kami memikirkan bagaimana memasarkan produk untuk pasar yang kami tuju. Kami juga mulai berpikir tentang edukasi sebagai cara untuk aktif pada pasar tujuan. Di Indonesia, misalnya, kami bermitra dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sejak 2022. Bahkan, kemitraan dengan mereka termasuk yang paling berhasil sejauh ini.

Kami juga memiliki kemitraan sejenis dengan kementerian pendidikan di Polandia, yang juga menghasilkan banyak sekali desain dari para guru dan murid.

Indonesia ada di depan dalam daftar negara dengan pembuat presentasi Canva terbesar, dengan lebih dari 500 juta presentasi.

Bagaimana keterkaitan AI dengan produk terbaru Canva?

Kami telah bekerja dengan AI sekitar tujuh tahun. Kami telah melihat bagaimana AI bekerja di belakang layar dengan memanfaatkan data yang ada, hingga kini AI mulai muncul di depan dan orang langsung bisa berinteraksi dengannya.

Sepanjang periode itu, kami beruntung dapat membangun sendiri tim AI. Dimulai tujuh tahun lalu ketika kami menyodorkan AI sebagai bagian rekomendasi bagi pengguna.

Misalnya, ketika mereka berada di beranda Canva, pengguna bisa memakai template media sosial yang sudah disusun tim visual intelligence Canva.

Namun, belakangan, AI lebih terkait langsung dengan produknya. Misalnya, fitur visual AI pertama kami adalah background remover, sekitar empat tahun lalu. Fitur itu memungkinkan Anda menghapus background dari foto mana pun dengan hanya sekali klik. Dan, itu fitur AI dari Canva yang paling banyak dipakai di Indonesia. Sejauh ini, fitur itu sudah dipakai 3 miliar hingga 4 miliar kali secara global.

Apakah AI menjadi dasar pengembangan produk Canva?

Kami ingin AI dapat menjadi mitra luar biasa yang dapat bekerja sama dengan pengguna dalam mengerjakan sesuatu hal, dalam tingkatan apa pun. Biasanya ketika pengguna ingin mengerjakan suatu pekerjaan visual, semuanya hanya tercetus di kepala. Belum ada [ide] yang bisa dituangkan pada layar gawai, belum ada kata-kata yang bisa disusun.

Anda bisa memulai kekosongan itu melalui proses brainstorming dengan AI. Jika Anda telah mendapat masukan dari AI untuk, katakanlah, suatu materi pemasaran, Anda bisa mulai menguliknya, bahkan sedikit memodifikasinya.

Proses tersebut sangat penting, dan dua tahun lalu teknologinya belum memungkinkan. Karena itu, beberapa tahun mendatang, proses interaksi antara pengguna dan AI akan sangat krusial.

Bagaimana Anda memandang capaian Canva saat ini?

Sejujurnya, apa yang kami capai sekarang ini seperti mimpi liar. Ketika kami memulai Canva, kami bermimpi bisa menjadi besar dan bermanfaat bagi dunia. Sekarang rasanya tetap saja luar biasa memikirkan ada lebih dari 220 juta orang menggunakan produk Canva tiap bulan.

Tiap kali saya merasa seperti itu, saya justru merasa humbled. Kami tetap harus menjalani langkah demi langkah, karena masih banyak yang harus dilakukan, masih banyak produk yang harus dibuat, masih banyak strategi yang harus dieksekusi.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana