NEWS

Tensi Geopolitik Memanas, Sri Mulyani Mendadak Kumpulkan Anak Buah

Dinamika geopolitik dapat berpengaruh ke perekonomian RI.

Tensi Geopolitik Memanas, Sri Mulyani Mendadak Kumpulkan Anak BuahMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Komisi XI DPR, Jakarta, Rabu (22/9/2021). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj
15 April 2024

Fortune Recap

  • Menteri Keuangan Sri Mulyani mengumpulkan jajaran eselon I Kementerian Keuangan untuk merespons serangan rudal Iran ke Israel.
  • APBN akan menjadi instrumen penting dalam menghadapi gejolak dan dinamika global serta nasional.
  • AS menahan diri dari tindakan ofensif terhadap Iran, sementara Wall Street bersiap menghadapi lonjakan harga minyak setelah serangan tersebut.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mendadak mengumpulkan jajaran eselon I Kementerian Keuangan di hari libur, pada Minggu (13/4) malam.

Pertemuan tersebut berlangsung untuk merespons perkembangan situasi keuangan dan perekonomian global menyusul serangan rudal Iran ke Israel pada Minggu pagi.

"...Tensi geopolitik yang sangat tinggi bergerak cepat dan dinamis. Kondisi ini mempengaruhi berbagai indikator ekonomi yang perlu diantisipasi dan diwaspadai," ujar Sri Mulyani dalam unggahan pada akun Instagram pribadinya @smindrawati, dikutip Senin (15/4).

Menurut Sri Mulyani, APBN akan terus menjadi instrumen yang penting dalam menghadapi gejolak dan dinamika global serta nasional.

"Kami juga membahas pertemuan G20 minggu depan dan Spring Meeting IMF-World Bank," katanya.

Capital Economics memprediksi eskalasi ketegangan usai Iran melancarkan serangan roket dan drone ke Israel. Hal ini kemungkinan memberi alasan kepada bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve alias Fed, untuk memperlambat penurunan Suku Bunga.

Serangan Iran ke Israel dikhawatirkan bakal mendongkrak harga minyak dan mengganggu upaya Fed dalam menekan inflasi.

Fortune.com melansir pernyataan kepala ekonom Capital Economics, Neil Shearing, pada Senin (15/4), mengenai kemungkinan bahwa serangan itu akan berdampak pada perekonomian global.

“Kenaikan harga minyak akan mempersulit upaya untuk mengembalikan inflasi ke target di negara-negara maju, namun hanya akan berdampak material pada keputusan bank sentral jika harga energi yang lebih tinggi berdampak pada inflasi inti,” kata dia.

Kini, menurutnya, mata dunia tertuju pada bagaimana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyikapi serangan tersebut, yakni apakah Israel akan melancarkan balasan lebih besar kepada Iran.

AS tahan diri

Namun demikian, meski serangan Iran ini menandai aksi militer langsung pertamanya terhadap Israel, Gedung Putih mengisyaratkan pihaknya berupaya mencegah meluasnya permusuhan.

Presiden Joe Biden dilaporkan mengatakan kepada Netanyahu bahwa AS tidak akan berpartisipasi dalam tindakan ofensif apa pun terhadap Iran, setelah menjanjikan dukungan yang solid untuk pertahanan Israel.

Sementara itu, Wall Street bersiap menghadapi lonjakan harga minyak setelah serangan tersebut, dan banyak yang memperkirakan harga minyak akan melonjak di atas US$100 per barel. Itu setelah minyak mentah Brent melonjak 20 persen sepanjang tahun ini hingga melebihi US$90.

“Pasar energi tetap menjadi mekanisme transmisi utama ketegangan/konflik regional ke seluruh perekonomian dunia,” kata Shearing.

Related Topics