Jakarta, FORTUNE – Produsen Pesawat terbang, Airbus, memproyeksikan industri penerbangan Indonesia akan membutuhkan setidaknya 1.000 pesawat baru dalam 20 tahun ke depan. Hal ini menjadikannya salah satu pasar di sektor penerbangan dengan pertumbuhan tertinggi di dunia.
Airbus President Asia Pacific, Anand Stanley, mengatakan perkiraan kebuthan tersebut mengacu pada angka pertumbuhan lalu lintas penumpang pesawat Indonesia yang kuat sekitar 7,4 persen per tahun. Angka ini ternyata lebih dari dua kali lipat dari rata-rata pertumbuhan global yang hanya mencapai 3,6 persen per tahun.
“Di negara besar yang terdiri dari 17.000 pulau dan berpenduduk 280 juta jiwa, yang mana sebagian besar penduduknya belum pernah terbang dengan pesawat, transportasi udara akan menjadi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Anand dalam keterangan, Jumat (20/9).
Pesawat terbang akan jadi pilihan moda transportasi utama, mengingat kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dengan wilayah kepulauan. Kondisi ini membuat transportasi darat dan laut akan menghabiskan waktu jauh lebih lama.
Misalnya, perjalanan paling jauh dari Banda Aceh ke Merauke bila ditempuh melalui udara akan menghabiskan waktu 13 jam 35 menit (dengan dua kali transit), sementara bila melalui darat dan laut, bisa menghabiskan waktu 11 hari.
Menurut Anand, tren industri penerbangan Indonesia di masa depan akan terus tumbuh dengan minat konsumen untuk melakukan perjalanan udara yang kian meningkat.
“Armada yang ada saat ini serta backlog pesanan yang telah dikonfirmasi jelas tidak akan cukup untuk memenuhi permintaan,” ujarnya.
Produk terbaik
Dia memperkirakan, kebutuhan pesawat yang akan terus bertumbuh di Indonesia, akan jadi sebuah peluang sangat baik bagi bisnis Airbus. Dengan kebutuhan rute-rute baru yang akan terus dibuka di masa mendatang, A220 lorong tunggal generasi terbaru akan menjadi pilihan yang sempurna bagi maskapai penerbangan di Indonesia.
Menurutnya, pesawat A220 memiliki jangkauan terbang paling jauh jika dibandingkan dengan pesawat manapun di kategori ukurannya. “Selain itu, pesawat ini juga hanya membutuhkan landasan pacu yang pendek sehingga memungkinkan maskapai untuk membuka jaringan penerbangan baru untuk melayani masyarakat di daerah yang lebih terpencil,” katanya.
Sementara, untuk rute-rute dengan permintaan jumlah penumpang yang lebih tinggi, serta untuk mengembangkan layanan internasional, minat negara ini terfokus pada A330neo, yang telah dioperasikan Garuda Indonesia dan Lion Group.
Di Indonesia, saat ini jumlah keseluruhan pesawat yang beroperasi dan masing-masingnya memiliki lebih dari 100 kursi mencapai 480 pesawat, sementara pesawat tambahan yang telah dipesan berjumlah 490.
Setengah dari pesawat yang beroperasi ini adalah pesawat Airbus, dan setengah dari backlog pesanan juga merupakan pesawat Airbus.
Kemitraan
Selain menjadi pasar utama bagi Airbus, Anand mengatakan Indonesia juga jadi negara yang potensial untuk membangun kemitraan bagi Airbus. Oleh sebab itu, perusahaan berencana terus memajukan hubungan jangka panjang dengan PTDI yang sudah terjalin 50 tahun, dan mengembangkan kemitraan baru baik dengan sektor pemerintahan maupun swasta.
Anand juga mengatakan bahwa Indonesia menawarkan potensi besar akan dibukanya kemitraan baru di bidang keberlanjutan. “Kami melihat Indonesia sebagai salah satu negara di Asia dan Pasifik yang menawarkan potensi terbesar sebagai sumber bahan baku untuk bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF),” ujarnya.
Ia memastikan bahwa Airbus mempercayai potensi pertumbuhan yang kuat di sektor pesawat komersial Indonesia, dan kami berkomitmen untuk hadir di sini dan membangun kemitraan baru di masa depan.