Airbus Penetrasi Industri Penerbangan di Indonesia yang Makin Menarik
Airbus jadi tulang punggung maskapai penerbangan Indonesia.
Jakarta, FORTUNE - Produsen pesawat asal Prancis, Airbus, bakal memperkuat pasar di Indonesia.
"Berbicara tentang pandemi sekarang kita sudah mencapai masa akhir pandemi, hal ini membuat kami mulai melihat peningkatan dalam pemulihan dan trafik penumpang. Kami akan mulai melihat kebangkitan industri penerbangan di Indonesia," kata President and Head of Region, Airbus Asia - Pacific, Anand Stanley, dalam Media Briefing di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (20/4).
Menurutnya, Airbus senantiasa berkomitmen untuk turut mengembangkan industri penerbangan di Tanah Air. Tak hanya memperluas kehadirannya di pasar komersial, Airbus juga menunjukkan keseriusannya di berbagai segmen pasar, termasuk pasar helikopter dan alat pertahanan.
Pesawat komersial Airbus juga merupakan tulang punggung maskapai penerbangan di Indonesia. Saat ini, ada 150 pesawat Airbus pada jajaran armada penerbangan Indonesia, dan terus bertambah termasuk dari Pelita Air yang baru masuk pada penerbangan berjadwal.
"Ada 210 lainnya yang masih dalam pesanan untuk pengiriman di masa mendatang," kata Anand.
Dirgantara Indonesia semakin menarik
Anand mengatakan adanya maskapai baru Pelita Air yang menjadi operator baru Airbus A320 juga membuat pasar Indonesia semakin menarik. Setidaknya Pelita Air akan memesan dua unit pesawat berbadan sempit.
Super Air Jet juga sudah mengoperasikan 3 pesawat A320ceo pada 2021, dan kini sudah memperluas armadanya menjadi 26 unit A320ceo.
"Apakah ada penambahan dari Pelita? Kita belum bisa komentar langsung karena pengadaan pesawat itu tidak langsung ke Airbus," kata Anand.
Beberapa maskapai penerbangan juga telah mengoperasikan salah satu pesawat komersial Airbus, yakni Airbus A320, seperti Batik Air, Citilink, Indonesia AirAsia, Garuda Indonesia, Lion Air, Super Air Jet, dan TransNusa Air Services.
ASEAN menjadi pertumbuhan tercepat
Dia mengatakan Asia Pasifik adalah pasar dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dan kawasan ASEAN adalah yang paling cepat berkembang.
"Kami akan membutuhkan sekitar lebih dari 17.000 pesawat di kawasan greater Asia Pasifik. Ini mewakili 45 persen, hampir setengah dari permintaan dunia dan jumlah yang besar ada di kawasan ASEAN," katanya.
Jumlah armada tersebut didasari oleh proyeksi permintaan di Asia Pasifik selama 20 tahun ke depan, atau sampai 2042. Anand pun menegaskan, Indonesia berperan besar dalam pasar Airbus, namun dia belum bisa membeberkan jumlah pengadaan pesawatnya.
"Kami percaya bahwa Indonesia akan memainkan sejumlah besar pasar tetapi kami tidak dapat memberi tahu berapa banyak pesawat secara spesifik. Namun, saya sangat yakin bahwa akan ada pertumbuhan yang cepat," ujarnya.
Pasar pesawat militer
Dari permintaan pesawat militer Airbus juga mendapat pesanan sebanyak dua pesawat pengangkut A400M atau airlifter generasi terbaru dari TNI.
"Kami bangga mengumumkan baru-baru ini bahwa Indonesia menambah pesanan dua pesawat A400 M generasi terbaru, dengan empat pesawat tambahan sebagai opsi. TNI akan menjadi operator ke-10 pesawat ini," ujarnya.
Anand menjelaskan pesanan Indonesia terhadap A400 M ini akan dikirimkan dalam konfigurasi tanker dan transportasi multi-role, yang memungkinkan TNI menggunakan pesawat ini dalam berbagai misi. Contohnya, transportasi pasukan, operasi pencarian dan penyelamatan, danpengisian bahan bakar di udara.
Perusahaan belum dapat memastikan waktu pengiriman pesawat tersebut.