MARKET

Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya

Ada tujuh penyebab nilai tukar rupiah menjadi fluktuatif

Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini PenyebabnyaPetugas menghitung mata uang rupiah di Ayu Masagung Money Changer, Jakarta, Senin (26/8/2024). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
08 October 2024

Fortune Recap

  • Nilai tukar sangat penting bagi ekonomi pasar bebas
  • Inflasi, suku bunga, dan neraca perdagangan memengaruhi nilai rupiah
  • Stabilitas politik, jumlah utang negara, dan kebijakan ekonomi negara lain juga berperan
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Nilai tukar memiliki peran krusial dalam tingkat perdagangan suatu negara. Faktor ini sangat penting bagi hampir semua negara yang menerapkan ekonomi pasar bebas.

Oleh karena itu, nilai tukar menjadi salah satu indikator ekonomi yang paling diperhatikan dan dianalisis oleh pemerintah. Selain itu, nilai tukar juga berpengaruh pada tingkat yang lebih kecil, yaitu berdampak pada hasil nyata dari portofolio investor.

Indikator kesehatan nilai rupiah dapat dilihat dari pergerakannya, baik naik maupun turun. Namun, ada berbagai alasan yang mendasari fluktuasi nilai rupiah.

1. Inflasi

Salah satu alasan nilai rupiah dapat naik atau turun adalah inflasi. Ketika harga barang dan jasa meningkat secara terus-menerus dalam jangka waktu lama, kondisi ini disebut inflasi. Inflasi yang tinggi mengurangi daya beli, sehingga penggunaan dan perputaran rupiah menjadi berkurang. Hal ini juga berdampak negatif pada daya saing produk ekspor Indonesia.

2. Perbedaan Suku Bunga

Turunnya nilai rupiah juga dapat disebabkan oleh perbedaan suku bunga. Investor cenderung mencari bunga bank yang lebih tinggi untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih baik. Jika bunga bank di dalam negeri lebih tinggi dibandingkan negara lain, hal ini dapat meningkatkan nilai rupiah.

3. Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan merupakan faktor lain yang memengaruhi nilai rupiah. Ini adalah selisih antara nilai ekspor dan impor dalam periode tertentu. Jika ekspor lebih tinggi dari impor, negara mengalami surplus; sebaliknya, jika impor lebih tinggi, terjadi defisit. Defisit neraca perdagangan dapat menurunkan nilai tukar rupiah karena meningkatnya permintaan untuk mata uang asing.

4. Stabilitas Politik dan Ekonomi

Nilai rupiah juga dipengaruhi oleh stabilitas politik dan ekonomi. Faktor-faktor seperti kebijakan pemerintah hingga kondisi konflik geopolitik berperan penting dalam menentukan nilai mata uang. Agar nilai mata uang tetap stabil, negara perlu memiliki kebijakan yang mendukung perekonomian dan menjaga perdamaian.

5. Jumlah Utang Negara

Jumlah utang negara Indonesia juga dapat memengaruhi nilai rupiah. Penambahan utang di saat utang yang sudah banyak dapat menimbulkan kekhawatiran bagi investor. Ketika investor merasa tidak yakin, mereka cenderung menahan diri dari berinvestasi, yang bisa menyebabkan penurunan nilai rupiah.

6. Kebijakan Ekonomi di Negara Lain

Kebijakan ekonomi negara lain juga berkontribusi terhadap penurunan nilai rupiah. Misalnya, jika Amerika Serikat (AS) mengalami krisis dan mencetak lebih banyak Dolar, nilai dolar bisa menurun, dan investor asing mungkin lebih memilih untuk berinvestasi di negara lain. Namun, ketika ekonomi AS membaik, nilai dolar dapat meningkat dan menarik investor untuk kembali, sehingga memengaruhi nilai rupiah.

7. Defisit Negara

Defisit yang dialami suatu negara dapat menyebabkan penurunan nilai rupiah. Kondisi di mana suatu negara lebih banyak menaruh aktivitas pada perdagangan asing dengan pemasukan dana yang bernilai rendah, hal ini akan memicu defisit. Untuk menutupi kekurangan tersebut, Indonesia mungkin meminta modal dari negara lain. Hal ini bisa membuat investor asing menarik modal dari Indonesia, sehingga nilai rupiah berkurang.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.