Bisnis Adidas Menguat di Tengah Kesulitan yang dialami Nike

Adidas dinilai ambil peluang di tengah melemahnya Nike.

Bisnis Adidas Menguat di Tengah Kesulitan yang dialami Nike
source_name
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Jenama perlengkapan asal Jerman, Adidas, mencatat kenaikan penjualan kuartal kedua dan margin keuntungan terbesar dalam tiga tahun, di saat rival terbesarnya, Nike, menghadapi situasi bisnis yang menantang.

Dilansir dari Reuters, pendorong bisnis Adidas, salah satunya disebabkan maraknya tren sepatu tiga garis–seperti Samba dan Gazelle–dengan warna-warna baru dan edisi terbatas yang membikat pembeli.

Analis ritel dan barang olahraga dari Tanyard Advisory,memperkirakan Adidas akan melaporkan margin keuntungan sebesar 51,4 persen pada kuartal kedua, menurut data LSEG (London Stock Exchange Group). Angka tersebut akan menjadi rekor tertinggi perusahaan dalam tiga tahun terakhir.

Sementara, pendapatan kuartalan diperkirakan meningkat 4,5 persen dari tahun sebelumnya menjadi US$6,1 miliar atau sekitar Rp99,11 triliun (kurs Rp16.246,91 per dolar AS).

“Pasar jelas mengharapkan adanya peningkatan,” kata Irwin. Namun, dia memperingatkan agar tidak berasumsi bahwa masa keemasan dengan margin yang sangat tinggi akan kembali terjadi dalam waktu dekat, mengingat melemahnya permintaan di Cina dan tingkat kompetisi nyang semakin tinggi.

Seperti halnya Nike, Adidas juga masih harus waspada pada makin berkembangnya jenama-jenama kecil di segmen lari dan apparel. Jenama seperti Hoka, Lululemon, New Balance, dan On Running memiliki pangsa pasar global sebesar 35 persen pada tahun 2023, naik dari 20 persen di periode 2013-2020.

Kondisi Nike

ilustrasi trademark nike (unsplash.com/wu yi)

Irwin juga menyoroti situasi bisnis Nike yang mengkhawatirkan bagi para investor dengan estimasi penurunan penjualan tahunan pada akhir Juni. Saham Nike yang turun hingga 20 persen, justru memberi peluang bagi Adidas. “Nike, dalam hal produk dan pesan, sangat ketinggalan zaman dan Adidas sedang menikmati momennya,” katanya.

Analis konsumen dari Bryan Garnier, Cedric Rossi, menambahkan bahwa saat ini Nike kurang inovatif dibandingkan masa lalu dan persaingan semakin meningkat, sehingga memberikan pilihan merek yang lebih luas kepada para pengecer.

Meski begitu, Nike akan segera melakukan aksi di tengah situasi ini. Beberapa analis Wall Street memperkirakan terjadinya kemungkinan perombakan manajemen di Nike menjelang hari investor pada musim gugur ini.

Selain itu, kejuaraan sepak bola Euro juga disebut jadi peluang bisnis untuk meningkatkan permintaan pakaian olahraga di Eropa.

Related Topics

AdidasNikeKaiKai Now

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya