Kumpulin Dorong Kemitraan Hulu ke Hilir Bisnis Pengolahan Sampah

Kumpulin kelola sampah berkapasitas mencapai 250 ton/bulan.

Kumpulin Dorong Kemitraan Hulu ke Hilir Bisnis Pengolahan Sampah
Konferensi pers Kumpulin, Rabu (23/10). (Fortuneidn/Bayu Satito)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Startup pengelolaan sampah, Kumpulin, menyatakan bahwa Kemitraan dengan industri daur ulang menjadi kunci utama dalam bisnis Pengolahan Sampah. Dnegan cara ini, perusahaan saat ini mampu mengelola hingga 250 ton sampah per bulan.

Co-Founder Kumpulin, Annisa Natamihardja, mengatakan bahwa untuk menjamin keberlanjutan dalam bisnis pengelolaan sampah, Kumpulin mengandalkan data tracebility dari hulu sampai hilir.

“Mulai dari pemulung, pengepul, sampai industri dan produknya. Jadi, secara volume, jenis, dan tipe sampahnya, itu terekam dalam aplikasi Kumpulin.id,” ujarnya kepada Fortune Indonesia, Rabu (23/10).

Cara ini dapat meningkatkan transparansi dalam membantu banyak perusahaan, lembaga, atau organisasi, untuk bisa lebih bertanggung jawab pada lingkungan, terutama dalam pemanfaatan dana CSR mereka. “Selain sampah plastik, kami juga mengelola sampah kardus, organik, dan sampah lainnya,” katanya.

Kumpulin berkomitmen untuk mengembangkan ekosistem industri sampah mulai dari level terendah, yaitu pemulung, pengepul, hingga pelaku industri menengah, sekaligus menghubungkannya dengan pelaku industri besar dan lembaga keuangan untuk meningkatkan nilai produksi dan ekonominya.

Upaya yang dilakukan

Direktur Kumpulin, Goggi Priyonggo, mengatakan bahwa beberapa aktivitas utama yang dilakukan oleh Kumpulin, antara lain memberikan edukasi kepada masyarakat dan lingkungan mengenai manfaat nilai sampah dalam aspek ekonomi dan lingkungan, serta pemanfaatannya berbasis ekosistem industri dan komunitas.

“Kumpulin ingin agar kehadirannya tepat sasaran sebagai solusi pengelolaan sampah, yang di dalamnya termasuk pemilihan teritorial atau area, klasifikasi jenis-jenis sampah, maupun dalam ekosistem yang melibatkan pelaku terkait,” kata Goggi.

Menurutnya, langkah Kumpulin ini sudah sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), yang mengacu pada empat poin, seperti menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup dan pembangunan yang inklusif, serta terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan antargenerasi.

Pemanfaatan teknologi

Sejak didirikan pada 2022, Kumpulin terus melakukan edukasi pengelolaan sampah dan pengembangan ekonomi dalam ekosistem pengolahan sampah dan lingkungan yang bersih dengan teknologi Triple Tech (Transparency, Traceability, Transactional Proven).

Teknologi ini, memungkinkan Kumpulin berkolaborasi dengan para pelaku industri yang terlibat dalam pengelolaan sampah, termasuk institusi pemerintahan dan lembaga keuangan. Melalui berbagai strategi, aktivitas, dan pemanfaatan teknologi digital, diharapkan kehadiran Kumpulin di Indonesia mampu memberikan pengaruh positif dalam pengelolaan sampah yang bernilai ekonomi tinggi.

“Penerapan teknologi Triple Tech menunjukkan bahwa aktivitas Kumpulin dapat dipantau secara transparan dengan pembuktian terbalik, sinergitas antara produsen dan pelaku usaha pengelolaan sampah dan masyarakat, serta kebijakan berimbang dari pemerintah,” ujar Goggi.

Sampah belum dapat perhatian serius

Aktivis lingkungan, Tri Mumpuni, berharap Kumpulin tidak lelah untuk terus menjadi yang terdepan dalam upaya pengelolaan sampah. Ia paham bahwa setiap bisnis pasti mengalami pasang surut. “Tapi kalau punya endurance dan komitmen yang kuat, Insyaallah, apa yang dicita-citakan pasti bisa tercapai,” katanya.

Menurut Tri Mumpuni, masalah sampah di Indonesia masih belum mendapat perhatian serius pemerintah maupun swasta. Industri pengolahan sampah sebenarnya sudah cukup banyak, namun dinilai masih kurang kolaborasi. Baginya, kesuksesan tidak bisa hanya diukur dari materi saja, namun juga harus melihat manfaatnya bagi sesama dan bangsa Indonesia.

“Kalau hidup sudah konsentrasinya pada materi, profit, keuntungan, maka akan sulit berkembang, Tapi, kalau konsentrasinya tentang bagaimana memberi manfaat sebesar-besarnya untuk masyarakat dan bangsa, pasti bisnis pun akan bertumbuh,” ujar Tri.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya