MA Tolak Kasasi Greylag, Notasi Khusus Garuda Indonesia Bakal Dihapus

Kriteria 'Efek Pemantauan Khusus' pun dilepaskan.

MA Tolak Kasasi Greylag, Notasi Khusus Garuda Indonesia Bakal Dihapus
Garuda Indonesia. (dok. Garuda Indonesia)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Mahkamah Agung (MA)resmi menolak permohonan kasasi Greylag Entities terhadap Putusan Homologasi PT Garuda Indonesia (Persero). Hal ini akan memberi ruang bagi perusahaan untuk semakin adaptif mengakselerasi kinerjanya.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan bahwa momentum ini akan memperkuat fundamental hukum perseroan untuk beroperasi dan semakin prospektif ke depan.

“Garuda Indonesia saat ini berfokus pada langkah optimalisasi kinerja, termasuk melalui peningkatan pangsa pasar serta pendapatan usaha, perbaikan posisi ekuitas, hingga pemenuhan kewajiban usaha terhadap para kreditur, sesuai dengan kesepakatan perjanjian perdamaian PKPU,” katanya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Jumat (2/2).

Putusan tersebut juga menjadi optimisme tersendiri bagi perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan para pemangku kepentingan, terkait status Garuda Indonesia sebagai salah satu perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Langkah MA ini berkekuatan hukum tetap melalui Putusan No. 1294 K/Pdt.Sus-Pailit/2023 dan No. 1296 K/Pdt.Sus-Pailit/2023.

Pencabutan status

Dirut Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, saat menerima penghargaan 'World's Best Cabin Crew' dari Skytrax. (dok. Garuda Indonesia)

Irfan mengatakan, penolakan ini berdampak pada dilepaskannya salah satu kriteria ‘Efek Pemantauan Khusus’ atas Garuda Indonesia, serta dihapuskannya Notasi Khusus ‘B’ pada kode perusahaan yang tercatat di BEI.

"Kami optimistis pemenuhan pencabutan kriteria ‘Efek Pemantauan Khusus’ tersebut dapat secara bertahap kami penuhi selaras dengan outlook kinerja usaha yang ke depan kami proyeksikan akan terus tumbuh positif,” katanya.

Garuda Indonesia bakal mengoptimalkan pengelolaan kinerja finansial guna memenuhi pencabutan kriteria lainnya terkait ekuitas Garuda Indonesia, melalui pengelolaan posisi ekuitas Perusahaan.

“Dengan indikator kinerja keuangan yang semakin membaik, utamanya melalui pertumbuhan pendapatan, kedepannya outlook pemulihan kinerja kami harapkan secara bertahap dapat terus tumbuh positif secara konsisten,” ujar Irfan.

Kinerja moncer

Garuda Indonesia. (dok. Kemenparekraf)

Berdasarkan laporan keuangan Garuda Indonesia, hingga kuartal III 2023, perusahaan membukukan pendapatan mencapai US$2,23 miliar atau sekitar Rp35 triliun (kurs Rp15.699,47 per dolar AS), tumbuh 48 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya di angka US$1,5 miliar atau Rp23,54 triliun.

Pertumbuhan pendapatan ditopang oleh beberapa kinerja bisnis, seperti penerbangan berjadwal sebesar 49,02 persen menjadi US$1,72 miliar atau Rp26,99 triliun; penerbangan tidak berjadwal yang meraih pendapatan sebesar US$274,25 juta atau Rp4,30 triliun; dan pendapatan lainnya yang mencapai US$234,91 juta atau Rp3,69 triliun.

Garuda Indonesia juga mencatatkan pertumbuhan angkutan penumpang sebesar 55,48 persen secara tahunan, menjadi 5,76 juta penumpang—terdiri dari 4,58 juta penumpang domestik dan 1,18 juta penumpang internasional yang masing-masing tumbuh secara signifikan sebesar 41,44 persen dan 153,75 persen, secara tahunan.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya