Jakarta, FORTUNE – Salah satu miliarder danorang terkaya di Asia, Mukesh Ambani, berencana berencana ekspansi ke Afrika melalui bisnis sektor Telekomunikasi, Radisys Corp., unit dari Reliance Industries Ltd. Dalam ekspansinya tersebut, perusahaan akan bermitra dengan NGIC.
Direktur Eksekutif NGIC, Harkirit Singh, mengatakan bahwa perusahaan milik Ambani akan menyediakan infrastruktur jaringan utama, aplikasi dan telepon pintar untuk Next-Gen InfraCo. yang berbasis di Ghana. Meski Reliance belum memiliki ekuitas di NGIC, namun perusahaan memiliki opsi sebagian pembayaran sebagai ekuitas di masa mendatang.
“Pertama, kami harus berhasil menunjukkan nilai yang kami ciptakan sebelum mereka (Reliance) masuk,” kata Singh seperti dikyutip dari Bloomberg, Senin (27/5). “Itulah diskusi yang kami lakukan dengan mereka (Reliance).”
NGIC berencana beroperasi pada akhir tahun ini untuk menyediakan layanan broadband 5G kepada operator seluler dan penyedia layanan internet di Ghana. “Berlandaskan premis untuk membangun layanan digital yang terjangkau di pasar negara berkembang,” katanya.
Penguatan kemitraan
Untuk memperkuat posisinya di Ghana, Singh mengungkapkan bahwa NGIC juga bermitra dengan Nokia Oyj, agen outsourcing India Tech Mahindra Ltd, dan Microsoft Corp. Selain itu, dua bisnis telekomunikasi di Afrika, yakni Ascend Digital Solutions Ltd. dan K-NET, memegang saham gabungan sebesar 55 persen di NGIC. Singh sendiri adalah kepala eksekutif di Ascend.
Sementara itu, Pemerintah Ghana akan memiliki kurang dari 10 persen saham NGIC, dan pada sisi lain, operator seluler lokal dan investor swasta akan mempertahankan sisa saham di perusahaan tersebut.
“Mitra strategis NGIC, kecanggihan teknologinya, dan kepemilikan perusahaan atas satu-satunya lisensi 5G di Ghana akan membantunya membangun layanan broadband dalam skala besar, yang merupakan biaya besar bagi masing-masing operator seluler,” ujar Singh.
Melawan dominasi Cina
Singh mengungkapkan bahwa kemitraan Reliance-NGIC juga merupakan kemenangan diplomatik bagi India, yang berupaya melawan meningkatnya pengaruh Cina di Afrika melalui langkah-langkah seperti inklusi digital.
Menurutnya, NGIC memiliki hak eksklusif untuk menawarkan layanan 5G di Ghana selama satu dekade, meskipun lisensinya berlaku selama 15 tahun. Sedangkan, untuk belanja modal, dalam tiga tahun perusahaan akan menganggarkan dana US$145 juta atau sekitar Rp2,33 triliun (kurs Rp16.072,08 per dolar AS).
Singh mengakui bahwa NGIC sendiri meniru kesuksesan Jio Infocomm Ltd. milik Ambani di India, yang rilis pada akhir tahun 2016 dengan data berbiaya rendah dan panggilan suara gratis. Strategi ini memaksa beberapa pesaingnya untuk menutup layanan mereka, sementara beberapa lainnya melakukan konsolidasi. Saat ini, Jio adalah operator seluler terbesar di India dengan 470 juta pengguna.
Sebagai informasi, Ghana adalah sebuah negara di kawasan Afrika Barat dengan populasi mencapai lebih dari 33 juta jiwa, yang dilayani oleh tiga operator utama, seperti MTN Ghana, Vodafone Ghana, dan AirtelTigo yang dikelola negara.
Meski belum mulai beroperasi, namun Menteri Komunikasi dan Digitalisasi Ghana, Ursula Owusu-Ekuful, sudah mengakui bahwa keberadaan NGIC akan berdampak positif bagi bisnis telekomunikasi di Ghana. “(NGIC hadirkan) layanan dan perangkat broadband seluler yang terjangkau bagi masyarakat Ghana, mereplikasi keberhasilan revolusi data seluler berbiaya rendah di India,” ujarnya.