Pendapatan Non-Aero InJourney Airports Naik 49% Secara Tahunan

Bisnis bandara jadi kontributor utama pendapatan InJourney.

Pendapatan Non-Aero InJourney Airports Naik 49% Secara Tahunan
Direktur Utama InJourney, Dony Oskaria. (Fortuneidn/Bayu Satito)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Holding pariwisata dan aviasi Indonesia, Injourney, mengungkapkan hingga pertengahan tahun 2024, Pendapatan perusahaan pengelola bandara InJourney Airports tumbuh 49 persen secara tahunan (YoY), khususnya untuk sektor non-aero.

Direktur Utama InJourney, Dony Oskaria, mengatakan bahwa hal ini membuat InJourney Airports yang baru meresmikan merger Angkasa Pura I dan II, mendorong sisi komersial bandara sebagai fokus utama transformasi.

“Di sisi commercial policy, kami sedang mengacu pada proses transformasi di sisi komersial, bahwa kami menyadari hari ini pendapatan masih didominasi oleh aero revenue,” katanya dalam peresmian InJourney Airports, Senin (9/9).

Ke depan, InJourney Airports akan melakukan refocus untuk menjadikan bandara di Indonesia sebagai pusat pelayanan seluruh pelanggan. Salah satu yang dilakukan adalah dengan upaya kampanye ‘Melayani Sepenuh Hati’, untuk mengoptimalkan penggabungan AP I dan II, sebagai langkah strategis peningkatan efisiensi dan daya saing industri penerbangan di Indonesia. Bisnis bandara adalah kontributor terbesar bagi keseluruhan pemasukan InJourney hingga saat ini.

Berdasarkan laporan keuangan InJourney 2023, pendapatan non-aero pada lini bisnis pengelolaan bandara tercatat meningkat 37,37 persen (YoY), dari 6,78 triliun pada 2022 menjadi Rp9,31 triliun di tahun 2023. Sedangkan, secara keseluruhan bisnis pengelolaan bandara pada 2023, naik dari Rp14,32 triliun menjadi Rp21,14 triliun, atau naik 47,59 persen (YoY).

Penyatuan dua anak usaha

Peresmian merger AP I dan AP II di kantor InJourney, Senin (9/9). (Fortuneidn/Bayu Satito)

Untuk mengoptimalkan kinerja InJourney Airports pasca merger AP I dan II, dari sisi operasional, InJourney sudah memimpin 160 subsistem yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yakni terminal, airside, dan enterprise system.

“Ini yang kemudian akan kami jadikan acuan ke depan, di dalam pengelolaan bandara,” ujarnya.

Proses merger yang terjadi sudah membawa InJourney Airports menjadi operator bandara terbesar kelima di dunia. Hal ini tidak mudah, karena kedua perusahaan besar tersebut memiliki kebijakan operasional, komersial, ketenagakerjaan, sampai sistem IT, yang berbeda.

Merger ini akan menjadikan 37 bandara yang dioperasikan AP I dan II, kini menjadi satu payung di bawah InJourney Airports (PT Angkasa Pura Indonesia), sehingga fokus baru pada pengembangan model bisnis dalam satu ekosistem terintegrasi bisa terlaksana dengan baik nantinya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil