Jakarta, FORTUNE – Industri farmasi merupakan salah satu sektor yang menunjukkan pertumbuhan positif di masa pandemi, dimana obat-obatan menjadi sebuah kebutuhan penting bagi masyarakat. Seperti apa prospek pertumbuhan sektor farmasi Indonesia pada tahun depan?
Analis DC Futures, Lukman Leong memproyeksikan kinerja industri farmasi masih akan positif pada 2022. Terlebih bila pandemi masih terus berlangsung dan kebutuhan akan obat-obatan, suplemen serta multivitamin kesehatan tetap tinggi.
Lukman melihat pertumbuhan signifikan dialami oleh hampir semua perusahaan farmasi. “Namun, karena pandemi Omicron ini akan sangat unpredictable, ada baiknya lebih selektif ke perusahaan yang lebih matang dengan kapitalisasi besar,” ujar Lukman kepada Fortune Indonesia (29/12).
Tantangan industri farmasi
Kendati berpeluang tumbuh, Lukman berpendapat, situasi yang tidak menentu dapat menjadi tantangan terbesar pasa. Oleh karenanya, dia perusahaan harus tetap berhati-hati dan memperhatikan setiap perkembangan industri.
“Omicron juga bisa memberikan dampak negatif berupa kelangkaan suplai barang, terutama bahan baku dan masalah logistik. Hal ini terjadi, apabila pembatasan kembali diberlakukan di banyak tempat dan sektor, termasuk bila terjadi lockdown,” kata Lukman.
Penjualan Emiten Farmasi Moncer
Seiring industri farmasi Indonesia yang terus membaik di masa pandemi, salah satu emiten farmasi yakni PT Phapros Tbk (PEHA) masih mencetak kinerja positif. Penjualan anak usaha Kimia Farma ini ini tumbuh 9,5 persen pada kuartal III 2021 menjadi Rp767,18 miliar dibadningkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini ditopang oleh kinerja segmen obat etikal atai obat dengan resep dokter.
Hadi Kardoko, Direktur Utama Phapros mengatakan, segmen ibat etikal di Phapros tumbuh signifikan hingga 66 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah masyarakat yang berobat ke rumah sakit untuk kasus-kasus non-Covid-19. Padahal, di awal pandemi angkanya sempat menurun.
“Saat ini masyarakat sudah mulai berani menjalani pengobatan non-covid di rumah sakit, yang mungkin sempat tertunda selama pandemi,” kata Hadi seperti dikutip dari Antara, Rabu (29/12).
Kebijakan yang adaptif dan inovatif
Sejak pandemi merebak, Phapros telah mengambil kebijakan yang adaptif dan inovatif. Penelitian dan pengembangan menjadi faktor utama kemajuan perusahaan yang berkelanjutan. Menjelang akhir tahun ini, Phapros baru saja meluncurkan produk obat terbaru untuk penyakit jantung dan kardiovaskular, yaitu Cardismo XR.
Hal ini dilakukan berdasarkan riset perusahaan yang menunjukkan tingginya jumlah penderita penyakit janting dan kardiovaskular di Indonesia. Saat ini, terdapat sekitar 4,2 juta orang yang menderita penyakit kardiovaskular dan 2,78 juta di antaranya menderita penyakit jantung.
Hadi mengungkapkan bahwa dengan Cardismo XR, penderita penyakit jantung coroner yang semula harus minum obat sebanyak dua atau tiga kali sehari, kini cukup mengonsumsinya sehari sekali. “Phapros optimis, kinerja dan pertumbuhan double digit dalam tiga tahun ke depan akan dihasilkan oleh produk baru yang inovatif ini,” ucap Hadi.