BUSINESS

Industri Farmasi Berpeluang Lanjutkan Pertumbuhan pada 2022

Pandemi membuat kebutuhan obat-obatan meningkat.

Industri Farmasi Berpeluang Lanjutkan Pertumbuhan pada 2022Ilustrasi obat-obatan. (Pixabay/stevepb)
29 December 2021

Jakarta, FORTUNE – Industri farmasi merupakan salah satu sektor yang menunjukkan pertumbuhan positif di  masa pandemi, dimana obat-obatan menjadi sebuah kebutuhan penting bagi masyarakat. Seperti apa prospek pertumbuhan sektor farmasi Indonesia pada tahun depan?

Analis DC Futures, Lukman Leong memproyeksikan kinerja industri farmasi masih akan positif pada 2022. Terlebih bila pandemi masih terus berlangsung dan kebutuhan akan obat-obatan, suplemen serta multivitamin kesehatan tetap tinggi. 

Lukman melihat pertumbuhan signifikan dialami oleh hampir semua perusahaan farmasi. “Namun, karena pandemi Omicron ini akan sangat unpredictable, ada baiknya lebih selektif ke perusahaan yang lebih matang dengan kapitalisasi besar,” ujar Lukman kepada Fortune Indonesia (29/12).

Tantangan industri farmasi

Kendati berpeluang tumbuh, Lukman berpendapat, situasi yang tidak menentu dapat menjadi tantangan terbesar pasa. Oleh karenanya, dia perusahaan harus tetap berhati-hati dan memperhatikan setiap perkembangan industri. 

“Omicron juga bisa memberikan dampak negatif berupa kelangkaan suplai barang, terutama bahan baku dan masalah logistik. Hal ini terjadi, apabila pembatasan kembali diberlakukan di banyak tempat dan sektor, termasuk bila terjadi lockdown,” kata Lukman.

Penjualan Emiten Farmasi Moncer

Seiring industri farmasi Indonesia yang terus membaik di masa pandemi, salah satu emiten farmasi yakni PT Phapros Tbk (PEHA) masih mencetak kinerja positif. Penjualan anak usaha Kimia Farma ini ini tumbuh 9,5 persen pada kuartal III 2021 menjadi Rp767,18 miliar dibadningkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini ditopang oleh kinerja segmen obat etikal atai obat dengan resep dokter.

Hadi Kardoko, Direktur Utama Phapros mengatakan, segmen ibat etikal di Phapros tumbuh signifikan hingga 66 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah masyarakat yang berobat ke rumah sakit untuk kasus-kasus non-Covid-19. Padahal, di awal pandemi angkanya sempat menurun.

“Saat ini masyarakat sudah mulai berani menjalani pengobatan non-covid di rumah sakit, yang mungkin sempat tertunda selama pandemi,” kata Hadi seperti dikutip dari Antara, Rabu (29/12).

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.