NEWS

BCGPT: Perjanjian Hukum Jadi Langkah Terbaik Atasi Polusi Plastik

Hukum lebih optimal daripada sekedar langkah sukarela.

BCGPT: Perjanjian Hukum Jadi Langkah Terbaik Atasi Polusi PlastikIlustrasi sampah plastik/Pixabay
22 November 2024

Jakarta, FORTUNE – Para pelaku usaha global di Indonesia, yang tergabung dalam Business Coalition for A Global Plastic Treaty (BCGPT), mengungkapkan perjanjian yang mengikat secara Hukum dan mencakup siklus hidup produk plastik merupakan peluang terbaik untuk mengatasi krisis Polusi Plastik di dunia.

Director of Sustainability and Corporate Affairs Unilever Indonesia, Nurdiana Darus, mengatakan bahwa perjanjian mengikat, seperti yang dilakukan melalui Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) bisa lebih optimal daripada sekedar upaya sukarela.

“Perjanjian tersebut penting untuk mengatur sejumlah restriksi, tercapainya tingkat produksi plastik yang berkelanjutan, serta perluasan tanggung jawab produsen atau Extended Producer Responsibility (EPR),” ujarnya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Jumat (22/11).

Salah satu instrumen internasional yang mengikat (ILBI) itu adalah Perjanjian Plastik Global, yang diharapkan menjadi payung perlindungan bagi tumbuhnya ekonomi hijau di berbagai tempat.

ILBI dirancang untuk memastikan tercapainya transisi yang inklusif dan berkeadilan untuk memitigasi risiko yang terjadi selama proses transisi, khususnya dampak terhadap UMKM dan pekerja sektor informal pengelolaan sampah.

Direktur Public Affairs, Communication and Sustainability Coca-Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP Indonesia), Lucia Karina, mengatakan bahwa permasalahan sampah plastik di Indonesia harus dilakukan secara komprehensif dari hulu ke hilir oleh berbagai pihak terkait.

“Butuh pendekatan holistik dan kolaboratif yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan di sepanjang rantai nilai plastik, termasuk pelaku usaha, pemerintah, akademisi, pemuka agama, pemuka masyarakat, media, dan masyarakat, atau dikenal dengan konsep kolaborasi Nona Helix,” kata Lucia.

Di negara berkembang, kerangka kerja sama perlu inklusif dan adaptif terhadap konteks dan budaya lokal, dengan pelibatan aktif sektor informal.

“Pendekatan semacam ini telah menunjukkan hasil positif dalam memperluas pengumpulan sampah dan meningkatkan taraf hidup,” katanya.

Urgensi

Ilustrasi limbah plastik/pixabay

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.