Jakarta, FORTUNE – PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) atau PT PII memberikan penjaminan terhadap 42 proyek dengan total nilai investasi mencapai Rp476 triliun.
Direktur PT PII, M Wahid Sutopo, menyampaikan bahwa 42 proyek yang dijamin PII terdiri dari 31 proyek berskema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dengan nilai investasi Rp463 triliun, dan 11 proyek non-KPBU.
“Proyek yang mendapatkan penjaminan dari PII, terutama proyek-proyek infrastruktur, jadi kelihatan fisiknya,” ujarnya dalam Media Luncheon, Rabu (14/7).
Menurut Wahid, proyek-proyek ini tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Adapun sektor-sektornya mencakup pariwisata, ketenagalistrikan, telekomunikasi, air minum, transportasi, hingga jalan tol.
Dukungan pada proyek infrastruktur berkelanjutan
Sementara itu, Direktur Bisnis PT PII, Andre Permana mengatakan pada beberapa sektor yang dijamin, perusahaan turut mendukung ketersediaan infrastruktur berkelanjutan, seperti jalan tol sampai pembangkit listrik dengan energi terbarukan.
Andre menyampaikan bahwa dari 31 proyek berskema KPBU, 15 di antaranya adalah jalan tol yang memiliki panjang hingga 754,01 kilometer dengan total investasi Rp248,6 triliun. “Selain untuk meningkatkan aksesibilitas dan menghemat waktu, juga sangat dibutuhkan saat pandemi untuk akses penanggulangan Covid-19,” ucapnya.
Dengan adanya jalan tol, kata Andre, dapat meningkatkan kualitas mobilitas masyarakat yang berdampak pada perekonomian. Selain itu, jalan tol juga dapat membuat waktu perjalanan lebih singkat, sehingga konsumsi bahan bakar turun dan secara tidak langsung berpotensi menurunkan emisi kendaraan.
Proyek pembangkit EBT
Andre juga menyampaikan proyek berkelanjutan lain yang dijamin oleh PT PII, berupa lima pembangkit listrik yang memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) dengan nilai investasi mencapai Rp52,1 triliun. Sejumlah proyek ini diharapkan dapat memperkuat rasio elektrifikasi nasional.
Menurut Andre, proyek-proyek pembangkit listrik EBT akan membantu pemerintah mencapai bauran energi yang ditargetkan, termasuk mendukung program transisi energi. “Jadi, kita tidak lagi bergantung pada fossil fuels,” ucap Andre.
Jaminan untuk dapatkan rate sovereign
Banyak proyek BUMN yang akan berjalan, apalagi pembangunan infrastruktur menjadi agenda utamanya. Situasi ini membuat pencarian investor pun akan semakin gencar dilakukan, termasuk pencarian dana dengan tingkat bunga terjangkau. Penggunaan jaminan pun semakin memungkinkan pemerintah menerapkan strategi ini pada beberapa proyek.
“Pembiayaan direct lending memungkinkan BUMN mengakses pembiayaan dengan rate sovereign, bukan rate komersial. Kenapa dia bisa rate sovereign? Karena dijamin pemerintah, nah, pemerintah mengajak PII (untuk membantu dalam penjaminannya),” ucap Andre.
Menurutnya, rate sovereign akan memiliki tingkat bunga yang sama seperti pinjaman dalam bentuk kerja sama multilateral. Tingkat bunga itu sendiri bergantung kepada sumber dana dan mata uang yang digunakan.