Jakarta, FORTUNE – Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM), Teten Masduki, meminta perusahaan teknologi finansial (fintech) untuk menurunkan bunga pinjaman produktif agar memudahkan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk dapat mengakses pembiayaan.
“Saya optimistis dengan teknologi AI, (fintech) bisa lebih melihat kebiasaan, kesehatan usaha, bahkan prospek bisnis UMKM, cukup meyakinkan, sehingga nanti bunganya bisa lebih turun,” kata Teten dalam konferensi pers AFPI UMKM Digital Summit 2023, di KemenkopUKM, Kamis (14/9).
UMKM, kata Teten, dari sisi jasa keuangan, memiliki pasar yang cukup besar. Oleh karena itu, lembaga keuangan saat ini harus menyesuaikan diri untuk semakin memudahkan akses pendanaan bagi para pelaku UMKM.
“Kalo nunggu UMKM-nya punya aset dulu, ya [tetap sulit dapat akses],” ujarnya.
Perlu inovasi
Teten mengatakan AFPI perlu membuat sejumlah inovasi, seperti membuat klaster yang terhubung ke ekosistem, rantai pasok, maupun offtaker, sehingga potensi NPL (Non Performing Loan) bisa makin kecil, atau menghubungkan UMKM "ke sistem penyediaan barang dan jasa pemerintah,” ujarnya.
Menurutnya, kebijakan pemerintah yang mengharuskan 40 persen belanjanya dilakukan ke ekosistem UMKM, bisa memudahkan perusahaan fintech untuk mendapatkan kepastian atas UMKM, untuk bisa diberi pinjaman dana tanpa penjaminan aset. Ekosistem pemerintah ini bisa menjadi jaminan bagi fintech untuk mendapatkan peminjam berkualitas yang tak mungkin mengalami kredit macet.
Sementara, Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Sunu Widyatmoko, mengatakan keberadaan ekosistem seperti Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) akan sangat membantu proses verifikasi peminjam yang dilakukan oleh perusahaan fintech.
Bunga bisa saja turun
Persoalan penurunan bunga pinjaman, kata Sunu, sebenarnya tidak terlalu besar, khususnya untuk pinjaman produktif yang tidak serupa pinjaman konsumtif. Bunga yang saat ini diterapkan di antara anggota AFPI cukup bersaing dengan kisaran 18-36 persen.
“Kalau ada bunga yang satu tinggi, maka enggak akan laku dia. Makanya harus disesuaikan dengan pasar. Ini pasti di bawah pinjaman online untuk konsumtif,” katanya.
Meski begitu, dari kisaran 18-36 persen bunga, bisa saja diturunkan. Namun, Sunu mengingatkan bahwa perbedaan antara 18 dan 36 persen terletak pada risiko yang ada.
“Kenapa orang bisa dapat 18 persen, karena dia proven, kinerja bagus. Nah, bisa enggak yang 36 persen turun? Bisa saja, karena ini pasar yang bersaing,” ujarnya.