Jakarta, FORTUNE - Starbucks mengumumkan pada Kamis (21/1) bahwa mereka sedang menjajaki kemitraan strategis untuk operasinya di Cina. Langkah ini disampaikan setelah laporan media menyebutkan bahwa perusahaan mempertimbangkan penjualan sebagian sahamnya kepada mitra lokal.
Perusahaan asal Seattle ini menghadapi penurunan permintaan di pasar utama seperti Amerika Serikat dan Cina. Bulan lalu, CEO baru Starbucks, Brian Niccol, menyatakan kepada investor bahwa perusahaan berupaya memperbarui toko-tokonya di AS sekaligus memperkuat strategi mereka di Cina.
"Semua indikasi menunjukkan bahwa lingkungan persaingan di Cina sangat ketat. Kami perlu menemukan cara untuk bertumbuh di pasar ini... Sementara itu, kami terus menjajaki kemitraan strategis yang dapat mendukung pertumbuhan jangka panjang," ujar Niccol, melansir Reuters pada Jumat (22/11).
Selain itu, Bloomberg melaporkan bahwa Starbucks sedang mengeksplorasi berbagai opsi untuk operasinya di Cina, termasuk kemungkinan menjual sebagian sahamnya. Laporan tersebut juga mengungkap bahwa perusahaan telah mengukur minat dari calon investor, termasuk perusahaan ekuitas swasta domestik.
Persaingan ketat dengan pemain lokal
Merespons situasi saat ini, Starbucks menyatakan sedang "berupaya menemukan jalur terbaik untuk pertumbuhan, termasuk menjajaki kemitraan strategis." Dalam pernyataannya, perusahaan menambahkan bahwa mereka "berkomitmen penuh terhadap bisnis, mitra, dan pertumbuhan di Cina," tanpa memberikan perincian lebih lanjut.
Sebagai pasar terbesar kedua bagi Starbucks, Cina menjadi tantangan berat di tengah lemahnya daya beli konsumen dan persaingan ketat dengan rantai kopi lokal seperti Luckin Coffee. Kondisi ekonomi makro yang lesu semakin menekan perusahaan.
Pada 2022, Luckin Coffee untuk pertama kalinya melampaui Starbucks dalam penjualan tahunan di pasar Cina. Starbucks, yang mengoperasikan hampir 7.600 toko di Cina, melaporkan penurunan penjualan selama tiga kuartal berturut-turut, dengan penurunan sebesar 14 persen pada kuartal terakhir.
Bulan lalu, perusahaan memutuskan untuk menangguhkan proyeksi keuangan tahun fiskal mendatang. Keputusan ini diambil seiring dengan upaya CEO untuk merancang strategi pemulihan bagi raksasa kopi tersebut.