Krakatau Steel Teken Kesepakatan Penjualan hingga Rp38.500 Ton/Bulan

MoU diteken bersama 23 perusahaan mitra.

Krakatau Steel Teken Kesepakatan Penjualan hingga Rp38.500 Ton/Bulan
Ekspor HRC Krakatau Steel ke Italia. (dok. Kemendag)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk melalui anak usahanya, PT Krakatau Baja Industri (PT KBI), melaksanakan penandatanganan Long Term Supply Agreement (LTSA) dengan 23 perusahaan mitra yang terdiri dari pabrikan, distributor, dan coil centre. Kesepakatan ini diteken pada 6 Desember 2024, bertepatan dengan perayaan hari jadi PT KBI yang kedua di Jakarta.

“Kami merayakan Hari Jadi PT Krakatau Baja Industri dengan melakukan customer intimacy dan penandatanganan kesepakatan penjualan termasuk LTSA bersama 23 perusahaan untuk suplai produk baja Cold Rolled Coil hingga 38.500 ton setiap bulan selama setahun ke depan,” ujar Plt. Direktur Utama Krakatau Steel Muhamad Akbar, dikutip Senin (9/12).

Akbar menambahkan, PT KBI berperan penting dalam meningkatkan kinerja Krakatau Steel. Produk baja Cold Rolled Coil dan Plate dari PT KBI  banyak digunakan sebagai bahan baku untuk industri otomotif, galvalum, galvanis, serta kebutuhan rumah tangga dan produk hilir baja ringan.

Perusahaan-perusahaan yang menandatangani kesepakatan dengan PT KBI antara lain PT Tata Metal Lestari, PT Sunrise Steel, PT NS Bluescope Indonesia, PT Kerismas Witikco Makmur, PT Saranacentral Bajatama, dan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia.

Dari besarnya antusiasme perusahaan-perusahaan pabrikan, distributor, maupun coil centre untuk melakukan kesepakatan penjualan, Krakatau Steel bersama para pelaku industri baja optimis dapat memberikan kontribusi positif bagi industri baja nasional.

"Oleh karena itu kami pun berharap bahwa pemerintah dapat hadir mendukung industri baja nasional dengan menerapkan ketahanan industri baja nasional agar industri baja dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujarnya.

Upaya memperkuat ketahanan industri baja nasional

Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian RI, Rizky Aditya Wijaya, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri. Pemerintah berkomitmen untuk mendukung kemajuan dan keberlanjutan industri baja nasional dengan mendorong penggunaan produk dalam negeri, meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), dan mengurangi ketergantungan pada impor.

“Industri baja merupakan industri strategis, Mother of Industries yang menopang sektor lainnya seperti konstruksi, otomotif, energi, dan juga manufaktur karena industri baja memegang peran kunci dalam mendukung pembangunan infrastruktur nasional serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Rizky.

Ia juga menambahkan bahwa sinergi antar pemangku kepentingan diperlukan untuk mendorong pertumbuhan industri baja nasional. Dengan kerja sama yang solid, pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen dalam lima tahun ke depan bukanlah hal yang mustahil.

Akbar menutup pernyataannya dengan optimisme serupa. "Dalam tiga tahun terakhir, sektor manufaktur telah menyumbang 15–17 persen terhadap PDB nasional. Kami yakin, kolaborasi Krakatau Steel Group dengan pelaku industri manufaktur dapat mendorong pertumbuhan ekonomi hingga mencapai target tersebut, sejalan dengan visi Presiden RI Prabowo Subianto," ungkapnya.

Magazine

SEE MORE>
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024

IDN Channels

Most Popular

Cara Memaksimalkan Diskon PLN 50% Token Listrik Semua Daya
8 Perusahaan Siap IPO Januari 2025, Intip Harga Sahamnya
10 Perusahaan Teknologi Terbesar Dunia, Apa Saja?
11 Brand Indonesia yang Sering Dikira dari Luar Negeri
Cara Pinjam Uang di DANA Premium, Alternatif Dana Cepat!
Inflasi 2024 Terendah Sepanjang Sejarah, Ini Penyebabnya