Jakarta, FORTUNE - PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) segera merealisasikan pembangunan pabrik soda ash pertama di Indonesia, yang ditargetkan rampung pada akhir 2027.
Sekretaris Perusahaan Pupuk Kaltim, Teguh Ismartono, mengatakan langkah ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mendukung kemandirian industri nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor.
“Pupuk Kaltim kini memasuki tahapan penting dalam pembangunan pabrik soda ash pertama di Indonesia, yang dirancang untuk memperkuat industri domestik. Pembangunan pabrik ini sejalan dengan inisiatif pemerintah untuk mendorong keberlanjutan melalui proyek-proyek strategis,” ujar Teguh, dalam media briefing penandatanganan kontrak Engineering, Procurement, and Construction (EPC), Senin (20/1).
Pabrik yang akan berdiri di atas lahan seluas 16 hektare di kawasan PT Kaltim Industrial Estate, Bontang, Kalimantan Timur, ini diproyeksikan memproduksi hingga 300.000 metrik ton soda ash per tahun. Teguh mengatakan, dengan kapasitas tersebut pabrik soda ash diharapkan dapat memenuhi hingga 30 persen kebutuhan domestik.
Mengurangi ketergantungan impor
Soda ash menjadi bahan baku penting bagi industri kaca, keramik, tekstil, kertas, dan aki, selama ini sepenuhnya bergantung pada impor. Berdasarkan data BPS, Indonesia mengimpor 916.828 metrik ton soda ash pada 2022, dengan kebutuhan yang diperkirakan meningkat hingga 1,2 juta metrik ton pada 2030.
“Pembangunan pabrik soda ash merupakan langkah strategis kami untuk mengurangi ketergantungan pada impor sehingga industri dalam negeri dapat lebih mandiri," katanya.
Pupuk Kaltim optimistis keberadaan pabrik ini akan membantu menjaga stabilitas pasokan, meningkatkan efisiensi biaya operasional industri, dan memperkuat daya saing Indonesia di pasar global dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal secara optimal.
Ramah lingkungan dan mendukung ekonomi lokal
Pabrik soda ash ini juga dirancang menerapkan prinsip ekonomi sirkular dan ramah lingkungan. Proses produksinya akan memanfaatkan karbon dioksida (CO2) dan amonia sebagai bahan utama, yang merupakan produk sampingan dari unit produksi lain di Pupuk Kaltim. Diperkirakan, pabrik ini dapat menyerap hingga 170.000 ton CO2 per tahun.
“Pembangunan pabrik soda ash merupakan diversifikasi usaha Pupuk Kaltim yang berfokus untuk memberikan nilai tambah pada produk-produk ramah lingkungan. Keberadaan pabrik ini kami yakini tidak hanya memberikan dampak positif pada ekonomi, tapi juga pada lingkungan dan sosial,” ujar Ketua Tim Persiapan Proyek Soda Ash, Rifki Adi Nugroho.
Selain itu, pembangunan pabrik ini diperkirakan menyerap hingga 800 tenaga kerja lokal selama masa konstruksi. “Keberadaan pekerja ini akan mendorong ekonomi lokal ikut bergeliat, khususnya bagi UMKM yang menyediakan makanan dan kebutuhan pokok lainnya untuk para pekerja,” ujar Rifki.
Dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang diutamakan, pembangunan pabrik baru dimulai setelah perusahaan mengantongi dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Pabrik ini diharapkan mampu memberikan kontribusi besar terhadap kemandirian industri nasional serta keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan di Indonesia.